Mantan Menhan AS: Pembunuhan Jong-nam Cerminkan Ketidakstabilan di Korut

Mantan Menteri Pertahanan AS, Leon Panetta (foto: dok).

Pembunuhan saudara tiri pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un jelas mencerminkan "ketidakstabilan" dan "ketidakpastian" dalam kepemimpinan Korea Utara, kata mantan Menteri Pertahanan AS, Leon Panetta.

"Itu benar-benar memperkuat kecurigaan kita tentang rezim di Korea Utara itu," kata Panetta kepada VOA, Kamis, ketika ditanya kesimpulan apa yang akan diambil jika Pyongyang terbukti bertanggung jawab

"Dia jelas seseorang yang tidak akan segan-segan membunuh siapa saja yang tidak menyenangkannya atau dicurigai mempunyai pendapat yang tidak sejalan dengan kebijakannya sendiri," kata mantan menteri pertahanan amerika itu, mengacu pada serangkaian pembersihan politik yang dilakukan pemimpin Korea Utara itu.

Kim Jong Nam, usia 45 tahun, meninggal tanggal 13 Februari, setelah diduga diracuni oleh dua perempuan di Bandara Internasional Kuala Lumpur, Malaysia. Polisi Malaysia mengatakan hari Jumat, racun yang digunakan untuk membunuh Kim adalah VX, yang dilarang berdasarkan Konvensi Senjata Kimia, yang tidak ditandatangani oleh Korea Utara.

Dalam email yang dikirim hari Jumat, seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS mengatakan kepada VOA, AS "selalu bersedia membantu mitranya dengan kerjasama penegakan hukum dalam konteks memerangi kejahatan transnasional dan mendukung aturan hukum."

Sementara penyelidikan masih berlangsung, polisi telah menangkap dua perempuan, dan seorang berkebangsaan Korea Utara. Mereka mencari tujuh warga Korea Utara lainnya, termasuk seorang diplomat di ibukota Malaysia, untuk ditanyai.

Korea Selatan yakin pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un memerintahkan pembunuhan saudaranya itu. Korea Utara telah membantah bertanggung jawab, menuduh Korea Selatan dan Malaysia bersekongkol untuk menyalahkan kematian itu padanya. [ps/ii]