Obama Diskusikan soal Libya dan Suriah dengan PM Turki

Presiden AS Barack Obama (foto: dok) berbicara melalui telepon dengan PM Turki pasca-ketegangan mengenai komentar Obama soal peringatan pembantaian massal di Armenia.

Kedua pemimpin sependapat bahwa serangan terhadap kaum sipil di Libya harus dihentikan dan bahwa Moammar Gaddafi harus turun.

Gedung Putih mengumumkan pembicaraan Presiden Barack Obama melalui telepon dengan Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan, Senin waktu setempat, sehari setelah Turki mengecam penghormatan Obama kepada para korban pembantaian di Armenia oleh Turki pada masa kekuasaan Ottoman.

Gedung Putih mengatakan Obama mengutarakan penghargaan atas sumbangan Turki kepada operasi di Libya. Kedua pemimpin sependapat bahwa serangan terhadap kaum sipil harus dihentikan dan bahwa Moammar Gaddafi harus turun.

Kedua pemimpin juga mengatakan mereka sangat prihatin atas penggunaan kekerasan oleh pemerintah Suriah terhadap rakyatnya sendiri. Mereka sependapat bahwa Suriah harus mengakhiri kekerasan dan segera memberlakukan reformasi yang bermakna yang menghormati demokrasi.

Pernyataan Gedung Putih itu tidak menyebut reaksi Turki atas ucapan Obama pada hari Sabtu, yang menyatakan penghormatannya terhadap bangsa Armenia pada hari peringatan pembantaian massal oleh Turki. Ia mengatakan bangsa Armenia telah mewarisi kemenangan atas pihak-pihak yang berusaha menghancurkan mereka.

Kementerian Luar Negeri Turki menyebut ucapan Presiden Obama sebagai pemutarbalikan sejarah yang sepihak.