Tautan-tautan Akses

Zozibini Tunzi, Miss Universe yang Perjuangkan Hak Kesetaraan Gender


Zozibini Tunzi, dari Afrika Selatan, melakukan perjalanan pertamanya sebagai Miss Universe setelah memenangkan kontes Miss Universe 2019 di Tyler Perry Studios di Atlanta, Georgia, AS, 8 Desember 2019. (Foto: Reuters)
Zozibini Tunzi, dari Afrika Selatan, melakukan perjalanan pertamanya sebagai Miss Universe setelah memenangkan kontes Miss Universe 2019 di Tyler Perry Studios di Atlanta, Georgia, AS, 8 Desember 2019. (Foto: Reuters)

Ratu Sejagat atau Miss Universe 2019 memanfaatkan program globalnya untuk memperjuangkan kesetaraan gender dengan "memanfaatkan kekuatan" dan menyuarakan aspirasi mereka. Hal ini juga menjadi misi Zozibini Tunzi dari Afrika Selatan dalam memberdayakan kaum perempuan dan anak perempuan.

Zozibini Tunzi dari Afrika Selatan mengunjungi gedung Empire State yang terkenal di New York, tidak lama setelah ia dinobatkan sebagai Ratu Sejagat atau Miss Universe pada bulan Desember.

Kota New York akan menjadi markasnya tahun ini, ketika melakukan perjalanan keliling dunia sebagai Miss Universe.

Model berusia 26 tahun itu menemui Duta Besar Afrika Selatan untuk berbicara tentang bagaimana dia berharap dapat mengilhami dan mendidik gadis-gadis muda untuk menghargai nilai-nilai mereka.

Miss Universe 2019 Zozibini Tunzi dari Afrika Selatan setelah wawancara di New York pada hari Rabu, 11 Desember 2019. Tunzi, seorang aktivis kekerasan gender berusia 26 tahun, dinobatkan sebagai Miss Universe 2019 pada Minggu di Atlanta. (Foto: AP)
Miss Universe 2019 Zozibini Tunzi dari Afrika Selatan setelah wawancara di New York pada hari Rabu, 11 Desember 2019. Tunzi, seorang aktivis kekerasan gender berusia 26 tahun, dinobatkan sebagai Miss Universe 2019 pada Minggu di Atlanta. (Foto: AP)

"Sebagai seorang wanita, kita tidak diajarkan menjadi ambisius. Dan seandainya kita demikian, kadang-kadang kita menjauhkan diri dari memeragakan ambisi atau takut menyuarakan pendapat kita. Saya pikir kita harus menanamkan pada usia muda agar mereka jangan takut pada kekuatan mereka. Anda mempunyai suara, belajarlah menggunakannya, karena suatu hari hal itu akan mengubah dunia," kata Zozibini Tunzi.

PBB mengatakan, perempuan di Afrika berisiko dibunuh oleh pasangannya atau anggota keluarga lainnya. Angka pembunuhan seperti itu sangat tinggi di Afrika Selatan.

Tunzi berharap orang dewasa akan lebih menyadari apa yang mereka ajarkan kepada anak-anak mereka, tentang cara memperlakukan sesama sebagai langkah untuk mengakhiri pelecehan ini.

“Saya suka memberi contoh bagaimana semasa kita sekolah di TK, ada seorang anak laki-laki yang mulai naksir seorang gadis kecil. Ketika dia memukulnya, apa yang biasanya dikatakan orang dewasa? Anda tahu?" kata kata Zozibini Tunzi.

"Mungkin dia naksir kamu, itu sebabnya dia memukulmu. Pendekatan seperti itu secara tidak sadar mengajar para remaja laki-laki bahwa itulah cara untuk mencintai. Cinta itu adalah kekerasan dan mengajarkan kepada gadis-gadis muda bahwa dicintai berarti dipukul," lanjutnya.

Ratu Sejagat yang di profil twitter-nya menulis "berbaik hatilah," serta mendesak masyarakat untuk mengajar anak laki-laki mereka menunjukkan kasih sayang yang positif.

Banyak orang mempergunjingkan keputusannya untuk tidak mengubah atau mempercantik rambutnya untuk kontes keratuan itu. Tunzi mengatakan, dia berharap dengan menjadi "100%" dirinya sendiri, orang lain akan belajar untuk mencintai diri mereka dengan apa adanya, terutama gadis-gadis muda.

Sementara ia mulai mengilhami orang lain, ia mengatakan tokoh Afrika Selatan Winnie Madikizela-Mandela dan pemusik Mama Miriam Makeba telah berpengaruh besar pada dirinya.

“Mereka berdua memperjuangkan kebebasan perempuan di Afrika Selatan dan bagi rakyat Afrika Selatan, meskipun mereka melakukannya dengan cara yang berbeda," kata kata Zozibini Tunzi.

Ratu Sejagat itu mengatakan, ia tidak berpikir bisa mengubah dunia seorang sendiri, tetapi dia jelas berupaya untuk mengusahakan perubahan seperti itu. [ps/jm]

XS
SM
MD
LG