Tautan-tautan Akses

Yang Kolonial dan Yang Modern Berpadu di Kota Tua Malaysia


Georgetown, Penang, yang dikenal dengan bisnis tradisionalnya, menarik penduduk lokal setempat yang berusia muda kembali ke daerah kantong warisan tersebut setelah kawasan tersebut memperoleh status dari UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia pada 2008.
Georgetown, Penang, yang dikenal dengan bisnis tradisionalnya, menarik penduduk lokal setempat yang berusia muda kembali ke daerah kantong warisan tersebut setelah kawasan tersebut memperoleh status dari UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia pada 2008.

Sejak kota ini mendapatkan status sebagai Kota Warisan Dunia UNESCO pada tahun 2008, restoran baru, kafe dan hotel butik trendi bermunculan di Georgetown, ibukota Penang.

Sabtu pagi yang tenang di Georgetown, kota ibu kota Penang, Malaysia. Suara pintu kayu berderit dan sesekali bel sepeda berdering menyambut hari. Kota warisan, yang terletak di negara pulau di bagian utara Semenanjung Malaysia, adalah sebuah museum hidup. Meskipun tidak ada 'pameran' yang dipentaskan.

Di Georgetown, sebagian besar penduduk tinggal di rumah toko sudah selama beberapa dasawarsa, dengan sejumlah properti yang diturunkan dari generasi ke generasi sejak Inggris menduduki pulau itu pada 1786.

Para penguasa kolonial terdahulu meninggalkan Malaysia, yang memperoleh kemerdekaannya pada tahun 1957, namun warisan kolonial yang kuat masih terlihat di Georgetown. Ini terutama terutama tampak dari arsitektur dan nama jalan yang berkisar dari Love Lane ke Campbell Street. Bisnis yang sudah bertahan puluhan tahun menjadi daya tarik utama daerah kantong warisan ini, seperti yang ditunjukkan oleh peta panduan. Peta tersebut merinci perdagangan tradisional yang ditemukan di sini, termasuk pembuat tirai bambu dan desainer sepatu manik-manik.

Namun, Georgetown juga menyaksikan masuknya generasi muda setempat ke pusat kota untuk memulai usaha bisnis baru. Sejak kota ini mendapatkan status sebagai Kota Warisan Dunia UNESCO pada tahun 2008, restoran baru, kafe dan hotel butik tumbuh di Georgetown. Sebagian besar dioperasikan oleh penduduk setempat di bawah usia 40 yang melihat potensi dalam memperluas perhotelan dan sektor jasa.

Pesona kota tersebut telah menjadi daya tarik utama para pengusaha muda. “Apresiasi yang tumbuh terhadap rumah toko tua oleh wisatawan dan penduduk menyebabkan Georgetown menjadi tempat menarik untuk tinggal dan menjalankan bisnis," kata Hung, yang menjalankan sebuah kafe kecil di Armenien Street. Ia mengatakan dengan pengakuan Georgetown sebagai daerah kantong Warisan Dunia, pengusaha muda dan investor sekarang mencari alternatif untuk menjalankan bisnis di sini dan tidak berinvestasi di pusat-pusat komersial.

Kafe-kafe seperti ini dibuka oleh penduduk muda setempat yang melihat munculnya peluang di Georgetown.
Kafe-kafe seperti ini dibuka oleh penduduk muda setempat yang melihat munculnya peluang di Georgetown.
Kafe Hung tampak sesak dengan 15 pelanggan, tetapi ia tampaknya tidak keberatan menjalankan bisnis kecil di Georgetown. "Sewa di sini murah, dan saya tidak wajib untuk beroperasi pada jam yang ditetapkan, tidak seperti di pusat perbelanjaan. Selama saya menjaga kualitas pelayanan dan makanan, saya memiliki pelanggan tetap yang membuat bisnis saya tetap berjalan, "kata Hung.

Pemilik kafe lain, Dickie Tan, mengatakan sementara masih tidak biasa bagi kaum muda untuk menjalankan bisnis di Georgetown, ia menyukai lokasi kafenya. "Tempat ini jauh dari keramaian membuat stress. Ada pesona tersendiri di sini, "katanya.

Wisatawan yang mencari ketenangan datang ke Kafe Tan, di mana mereka dapat menyeruput kopi gourmet dan menyantap french toast dengan madu.

Para pemilik properti mendapat dana hibah dari pemerintah untuk menjaga kelestarian ruko tua di Georgetown ini. Bantuan tersebut juga memudahkan bisnis baru untuk dimulai dalam dua hingga tiga tahun terakhir ini.

Tapi, menurut Tan, sebagian besar bisnis yang dijalankan oleh pengusaha muda setempat di Georgetown dilakukan dengna cara menyewa tempat. "Tidak mungkin kita mampu untuk mempunyai properti di sini, karena terlalu mahal, kecuali Anda punya (1,2 juta dolar) uang lebih."

Banyak investor, menurut Hung, berlomba-lomba membeli properti di Georgetown untuk investasi "Tapi, saya tidak mampu untuk melakukannya. Saya juga tidak tertarik membeli rumah toko untuk saya jual kembali, karena saya orang lokal yang lahir dan dibesarkan di Penang. Ini berarti bahwa bisnis saya akan disini untuk jangka panjang," katanya.

Dickie Tan mengatakan adanya investor asing yang menginginkan rumah toko di Georgetown adalah baik untuk bisnisnya, karena akan memperkenalkan pengunjung baru ke daerah kantong warisan tersebut. "Georgetown perlu ide-ide segar untuk mendatangkan wisatawan maupun pengunjung lokal. Para investor boleh jadi menargetkan pasar tertentu, tetapi mereka tetap membawa banyak orang ke Georgetown akan menjaga kota ini hidup dan juga membantu bisnis saya tumbuh."

Ia mengatakan, karena konsep bisnis yang berjalan masih baru di kalangan pengusaha muda, sebagian besar bisnis yang baru tumbuh di Georgetown terutama di industri makanan dan minuman. "Ini lebih merupakan model yang lebih berkelanjutan pada saat ini." Tapi, ia telah memikirkan untuk membuka toko buku di daerah tersebut, jika rumah toko yang cocok tersedia untuk disewa.

Nazlina Hussin mempersiapkan bahan untuk kelas memasak yang diadakan di sebuah ruko sewaan yang telah berdiri sebelum perang di Georgetown, Penang.
Nazlina Hussin mempersiapkan bahan untuk kelas memasak yang diadakan di sebuah ruko sewaan yang telah berdiri sebelum perang di Georgetown, Penang.
Walaupun demikian, ide-ide bisnis baru muncul di Georgetown. Nazlina Hussin membuka kelas memasak di sebuah rumah toko tua yang telah ada sejak sebelum masa perang di Love Lane, untuk wisatawan terutama wisatawan dari negara Barat tentang rempah-rempah lokal, masakan Malaysia termasuk membawa murid-muridnya tur ke pasar.

"Bisnis saya menargetkan wisatawan yang tinggal lebih lama di Georgetown dan mencari pengalaman unik selama tinggal di sini. Oleh karena itu, saya memilih Georgetown sebagai lokasi usaha saya karena disinilah pusat wisatawan," katanya.

Nazlina mengatakan orang muda Malaysia telah kembali ke Penang untuk menjalankan usaha dalam beberapa tahun terakhir setelah mendapatkan pengalaman bisnis di luar negeri. "Mereka yang pernah tinggal di luar negeri lebih paham bagaimana menarik banyak orang dari budaya Barat untuk datang. Jadi, mereka cenderung memahami pasar untuk Georgetown saat ini, terutama karena Penang merupakan tujuan populer di kalangan wisatawan Barat," katanya.

Dengan tumbuhnya komunitas bisnis muda di Georgetown, demikian pula tumbuh persahabatan di antara para pemilik bisnis. "Kami tahu hampir semua orang yang menjalankan bisnis baru di sini, karena Georgetown masih merupakan tempat kecil dan (ini) menjadikannya relatif mudah untuk bertemu satu sama lain," kata Nazlina.

XS
SM
MD
LG