Tautan-tautan Akses

WHO Sambut Keputusan China untuk Karantina Kota Wuhan


Seorang petugas memeriksa sebuah pasar seafood yang ditutup di kota Wuhan, provinsi Hubei, China.
Seorang petugas memeriksa sebuah pasar seafood yang ditutup di kota Wuhan, provinsi Hubei, China.

Organisasi Kesehatan Sedunia atau WHO menyambut keputusan pemerintah China untuk sementara waktu menghentikan semua alat angkutan keluar dan masuk kota Wuhan, pusat perebakan virus corona.

Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO mengatakan hari Rabu (22/1) bahwa kota Wuhan yang berpenduduk 11 juta orang, yang dikenai karantina khusus adalah langkah yang tepat untuk menghadapi perebakan virus corona yang baru itu.

“Kami menekankan pada China, bahwa dengan menjalankan tindakan tegas itu, China tidak hanya bisa meredam perebakan virus itu di Cina, tapi juga akan mengurangi kemungkinan virus itu terus merebak ke seluruh dunia,” kata Ghebreyesus.

Lebih dari 500 penderita virus corona telah dikukuhkan, dan sedikitnya 17 orang meninggal karenanya. Kebanyakan korban, termasuk yang meninggal, terdapat di Cina, tapi wabah itu telah meluas ke Thailand, Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan Amerika.

Polisi China menggunakan termometer memeriksa suhu tubuh seoran pengendara di kota Wuhan (23/1).
Polisi China menggunakan termometer memeriksa suhu tubuh seoran pengendara di kota Wuhan (23/1).

Perebakan itu telah memaksa pemerintah China untuk sementara waktu menghentikan semua hubungan udara dan darat dari dan ke kota Wuhan. Pemerintah juga menutup jaringan bis dan kereta api di kota itu. Penduduk dinasihati agar menggunakan penutup muka dan menjauhi kerumunan orang. Dua kota lainnya, Huanggang dan Ezhou telah menjalankan peraturan karantina yang serupa.

Kekhawatiran bahwa virus corona itu akan menyebar cepat dalam masa liburan tahun baru Imlek, ketika jutaan orang Cina bepergian untuk merayakan tahun baru itu bersama keluarga, telah mendorong sejumlah perusahaan penerbangan, termasuk dari Malaysia dan Singapura untuk menghentikan operasinya dari dan ke Wuhan.

Kata juru bicara kementerian LN China Geng Shuang, pemerintahnya akan terus bekerja sama dengan WHO untuk mempelajari dan mengekang perebakan virus yang mengakibatkan gejala seperti flu itu.

“Sepanjang pengetahuan saya, semua pihak akan terus mengadakan komunikasi dan koordinasi untuk mempelajari dan meriset epidemi ini, dan memperbaiki cara-ara pencegahannya. Komite Darurat WHO akan mengadakan pertemuan kedua untuk membahas hal ini. China akan terus melaporkan perkembangannya kepada WHO dan negara-negara di kawasan, termasuk Hong Kong, Macao dan Taiwan, dan terus berkomunikasi dengan mereka secara terbuka dan transparan," kata Shuang.

Ia menambahkan, "Kami juga yakin bahwa Komite Darurat PBB akan membuat analisa ilmiah yang adil dan masuk akal tentang epidemi ini berdasarkan fakta-fakta.”

Virus corona umumnya ditularkan dari hewan ke manusia, tapi para pakar kini telah memastikan bahwa ada penularan yang terjadi antar-manusia.

Karantina Kota Wuhan Picu Kebingungan di Kalangan Warga

Sementara itu, upaya pemerintah China untuk menahan penyebaran virus corona yang mematikan dengan menghentikan moda transportasi memicu kebingungan di kalangan warga yang tak tahu harus berbuat apa.

Sekitar 20 juta warga yang tinggal di empat kota terkena dampak penutupan tersebut. Pemerintah di Provinsi Hubei, Wuhan, membatalkan jadwal penerbangan dan kereta, serta menutup jalan-jalan untuk mencegah orang memasuki atau meninggalkan kota, di mana ratusan orang telah terinfeksi virus dengan gejala mirip pneumonia itu.

Pasukan keamanan memeriksa para turis yang akan memasuki stasiun kota Wuhan sebelum ditutup minggu ini (foto: dok).
Pasukan keamanan memeriksa para turis yang akan memasuki stasiun kota Wuhan sebelum ditutup minggu ini (foto: dok).

Akan tetapi dengan sedikitnya jurnalis independen yang beroperasi di Wuhan, sementara Beijing tetap mengontrol aliran informasi, banyak warga China yang mengandalkan laporan dari dalam area yang dikarantina untuk mencari tahu seberapa parah situasinya di sana.

Salah satu warga yang melarikan diri sebelum kota itu ditutup mengatakan ia terkejut ketika proses pemeriksaan di bandara kota itu tidak seketat yang ia perkirakan.

“Saat tiba (di kota lain di China), saya harus melalui pemeriksaan yang lebih ketat, yang tidak dilakukan saat saya terbang dari Wuhan. Sungguh konyol bahwa langkah yang lebih tegas diberlakukan di kota yang tidak terkena dampak separah Wuhan,” ujar warga yang tidak bersedia memberitahu namanya kepada VOA.

Warga tersebut, yang tinggal beberapa kilometer dari area pertama kali infeksi virus corona terdeteksi, Pasar Ikan Huanan, mengatakan bahwa ia harus membawa serta nenek dan sanak saudaranya yang sudah lanjut usia karena khawatir mereka akan terjangkit virus mematikan itu.

Bandara pun disesaki orang-orang yang mencoba mengevakuasi diri mereka dari Wuhan ketika ia dan keluarganya tiba di sana untuk berangkat degnan penerbangan dini hari, katanya.

Ia mengatakan bahwa pemerintah kota pada awalnya mencoba untuk menutupi penyebaran virus itu setelah sejumlah kasus pertama dilaporkan pada 31 Desember lalu. Ia mengatakan bahwa ia mengetahui kasus-kasus tersebut dari teman temannya di media sosial sebelum akhirnya berita itu disebarluaskan pekan ini. [ii/jm]

Recommended

XS
SM
MD
LG