Tautan-tautan Akses

WHO: Dunia Harus Belajar dari Covid untuk Hadapi Pandemi Berikutnya


Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus di Jenewa, Swiss
Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus di Jenewa, Swiss

Negara-negara yang memperkuat sistem layanan kesehatan mereka beberapa tahun belakangan, situasinya lebih baik di tengah pandemi COVID-19, kata Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) Senin (7/9).

Dalam pengarahan harian, Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mendesak negara-negara untuk memetik pelajaran dari pandemi sekarang ini untuk bersiap menghadapi pandemi berikutnya. Dia memuji Thailand, Mongolia, Senegal, dan negara-negara lain atas cara mereka menangani virus tersebut.

“Banyak dari negara-negara itu berhasil karena mereka memetik pelajaran dari wabah SARS, MERS, campak, polio, Ebola, flu dan penyakit lainnya," katanya. "Maka itu penting bagi kita untuk memetik pelajaran dari pandemi ini."

Sementara itu Senin (7/9), India melampaui Brazil sebagai negara dengan jumlah kasus virus corona terkonfirmasi terbanyak kedua di dunia.

Kementerian Kesehatan India melaporkan rekor 90.802 kasus baru hari Senin (7/9), membuat total kasus di negara itu melebihi 4,2 juta sejak wabah mulai merebak. India juga mencatat tambahan 1.016 kematian hari Senin (7/9), sehingga seluruhnya tercatat 71.642 kematian.
Brazil melaporkan 14.521 kasus baru hari Minggu (6/9). Dan meskipun Brazil kini berada di bawah India dalam hal jumlah kasus, negara itu masih berada di tempat kedua setelah AS dalam jumlah kematian, dengan catatan 126.650.

AS memimpin di dunia dengan catatan sekitar 6,3 juta kasus terkukuhkan dan 189 ribu kematian.

Di Australia, para pejabat di negara bagian Victoria hari Senin (7/9) menyatakan ada 41 kasus baru, penambahan terendah dalam satu hari sejak akhir Juni.

Victoria berupaya keras menanggulangi wabah terbesar di Australia sejauh ini. Pihak berwenang memberlakukan pembatasan sosial berskala besar​ (PSBB) ketat pada awal Agustus, dan dengan kemajuan yang ditunjukkan sejak itu, pihak berwenang hari Minggu (6/9) mengumumkan sejumlah pelonggaran PSBB.

PM Scott Morrison Senin (7/9) juga mengatakan bahwa Australia telah mencapai kesepakatan dengan perusahaan bioteknologi CSL untuk memproduksi dua vaksin virus corona, apabila vaksin tersebut terbukti aman dan efektif setelah diuji coba.

Satu vaksin potensial sedang dikembangkan oleh CSL dan akan mulai memasuki tahap dua uji klinis akhir tahun ini.

Vaksin lainnya merupakan proyek bersama antara AstraZeneca dan Oxford University yang sekarang ini memasuki uji coba tahap akhir. Morrison, Senin (7/9), mengatakan bahwa CSL juga akan memproduksi vaksin ini untuk didistribusikan di Australia, dan ia berharap 3,8 juta dosis vaksin akan tersedia pada bulan Januari atau Februari 2021.

Sementara itu Israel memulai lockdown sebagian pada malam hari di 40 kota besar dan kecil yang memiliki tingkat penularan tertinggi di negara tersebut. Sekolah di daerah-daerah tersebut juga akan ditutup, dan pertemuan akan dibatasi paling banyak 10 orang di dalam ruangan dan 20 orang di luar ruangan.

“Saya tahu pembatasan-pembatasan ini tidak mudah, tetapi dalam situasi sekarang ini, hal tersebut tidak terhindari,” kata PM Benjamin Netanyahu dalam suatu pernyataan. [vm/jm]

XS
SM
MD
LG