Tautan-tautan Akses

WHO: Dampak Omicron Mungkin Tak Terlalu Parah, Tapi Bukan Berarti Ringan


Jarum suntik dan layar yang menampilkan omicron, nama varian baru COVID-19. (Foto: AFP)
Jarum suntik dan layar yang menampilkan omicron, nama varian baru COVID-19. (Foto: AFP)

Pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, pada Kamis (6/1), bahwa varian Omicron yang lebih menular tampaknya tidak memiliki dampak yang terlalu parah dibandingkan varian delta yang mendominasi perebakan COVID-19 di dunia. Meski demikian varian tersebut tidak bisa dikategorikan "ringan."

Janet Diaz, pimpinan WHO untuk manajemen klinis, mengatakan studi awal menunjukkan ada penurunan risiko rawat inap dari varian yang pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan dan Hong Kong pada November dibandingkan dengan varian delta.

Selain itu juga ada penurunan risiko keparahan pada orang yang lebih muda dan lebih tua, katanya pada konferensi pers dari kantor pusat WHO di Jenewa.

Pernyataan tentang pengurangan risiko penyakit parah berpadu dengan data lain, termasuk studi dari Afrika Selatan dan Inggris, meskipun dia tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang studi atau usia kasus yang dianalisis.

Seorang pasien didorong dengan troli setelah tiba dengan ambulans di luar Rumah Sakit Royal London di daerah Whitechapel, London timur, Kamis, 6 Januari 2022. (Foto: AP)
Seorang pasien didorong dengan troli setelah tiba dengan ambulans di luar Rumah Sakit Royal London di daerah Whitechapel, London timur, Kamis, 6 Januari 2022. (Foto: AP)

Sementara dampak varian tersebut pada orang tua adalah salah satu pertanyaan besar yang belum terjawab karena sebagian besar kasus yang dipelajari sejauh ini terjadi pada orang yang lebih muda.

"Meskipun omicron tampaknya tidak terlalu parah dibandingkan delta, terutama pada mereka yang divaksinasi, itu tidak berarti harus dikategorikan sebagai ringan," kata Direktur Jenderal Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus berbicara saat pembukaan Akademi Organisasi Kesehatan Dunia di Lyon, Prancis tengah, 27 September 2021. (Foto: AP)
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus berbicara saat pembukaan Akademi Organisasi Kesehatan Dunia di Lyon, Prancis tengah, 27 September 2021. (Foto: AP)

"Sama seperti varian sebelumnya, omicron membuat orang dirawat di rumah sakit dan membunuh orang."

Dia memperingatkan "tsunami" kasus ketika infeksi global melonjak ke rekor yang dipicu oleh omicron dan delta, sistem perawatan kesehatan kewalahan, dan pemerintah berjuang untuk menjinakkan virus, yang telah menewaskan lebih dari 5,8 juta orang.

Tedros mengulangi seruannya untuk kesetaraan yang lebih besar secara global dalam distribusi dan akses ke vaksin.

Berdasarkan tingkat peluncuran vaksin saat ini, 109 negara akan kehilangan target WHO untuk 70% populasi dunia untuk divaksinasi penuh pada Juli, tambah Tedros. Tujuan itu dipandang membantu mengakhiri fase akut pandemi.

"Peningkatan demi peningkatan di sejumlah kecil negara tidak akan mengakhiri pandemi sementara miliaran tetap sama sekali tidak terlindungi," katanya.

Penasihat WHO Bruce Aylward mengatakan 36 negara bahkan belum mencapai 10 persen cakupan vaksinasi. Di antara pasien parah di seluruh dunia, 80 persen tidak divaksinasi, tambahnya.

Varian lain B.1.640 - pertama kali ditemukan di banyak negara pada September 2021 - termasuk di antara yang dipantau oleh WHO tetapi tidak beredar secara luas, kata pemimpin teknis WHO untuk COVID-19, Maria van Kerkhove.

XS
SM
MD
LG