Tautan-tautan Akses

Wati Hlusak, Pelari Indonesia Juga Selamat dari Ledakan di Boston Marathon


Para pelari sedang menuju garis finish Marathon Boston saat bom meledak di dekat garis finis (15/4). Pelari Indonesia, Wati Hlusak, menyelesaikan marathon sebelum bom meledak, sehingga selamat dari ledakan.
Para pelari sedang menuju garis finish Marathon Boston saat bom meledak di dekat garis finis (15/4). Pelari Indonesia, Wati Hlusak, menyelesaikan marathon sebelum bom meledak, sehingga selamat dari ledakan.

Wati Hlusak, warga negara Indonesia yang ikut serta dalam marathon Boston berhasil mencapai garis finis 10 menit sebelum bom meledak, sehingga selamat dari ledakan.

Dua warga negara Indonesia ikut berpartisipasi dalam ajang lomba maraton tahunan Boston Senin lalu, di mana terjadi dua ledakan bom yang menewaskan tiga orang dan melukai lebih dari 170 orang. Selain direktur utama Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Jerry, Ng, warga negara Indonesia yang juga mengikuti lomba maraton tertua di dunia ini adalah Wati Hlusak, yang berdomisili di negara bagian Minnesota.

Wati yang sehari-harinya berprofesi sebagai seorang asisten di laboratorium obat mengikuti lomba maraton ini bersama suaminya, Michael Hlusak. Berikut wawancara reporter VOA Dhania Iman dengan Wati Hlusak.

Michael Hlusak dan Wati Hlusak
Michael Hlusak dan Wati Hlusak
VOA: Pada hari itu anda berada di mana saat bom pertama meledak di Boston Marathon?

Wati: Kebetulan saya 10 menit selesai baru melewati garis finis. Tapi belum terlalu jauh dari finish line karena crowded, kakinya sudah sakit dan jalannya agak pincang-pincang sedikit. Pergi ambil medal, mungkin dua-tiga blok dari kejadian.

VOA: Suami anda posisinya di mana?

Wati: Dia sudah selesai duluan, karena dia larinya lebih cepat. Mungkin sudah selesai 30 menit atau 40 menit yang lalu.

VOA: Apa yang terjadi setelah bom pertama meledak?

Wati: Waktu ambil medali dan terus mau jalan ke bus untuk ambil baju tiba-tiba terdengar suara ledakan keras. Terus saya lihat ke belakang ada asap. Pertama belum tahu itu bom, kirain cuma ledakan apa. Tapi beberapa detik kemudian ledakan kedua terjadi. Terus saya kira pasti ada yang terjadi. Jadi cepat-cepat pergi, ambil tas, kemudian telpon suami saya.

VOA: Apakah sinyal telponnya masuk waktu itu?

Wati: Iya, langsung masuk.

VOA: Apa yang langsung dilakukan panitia dan bagaimana suasana orang-orang di sana?

Wati: Pelari yang habis selesai di sekitar saya panik juga. Mereka pertama cuma lihat-lihat gitu. Terus, ada polisi bilang move back –move back. Terus pada kaget, jadi langsung mereka menjauhi tempat kejadian.

VOA: Apa yang ada di benak anda waktu itu?

Wati: Pertama saya pikir itu bukan bom cuma mungkin bunyi mesin atau apa. Saya tidak pernah lari di sana. Baru pertama kali lari di Boston. (Saya) kira ada celebration atau apa. Pas hari itu Patriot’s Day. Kemudian, saya masih agak tenang sedikit. Kemudian, yang kedua kali saya kira udah agak serius. Makanya saya langsung jalan menjauhi kejadian.

VOA: Apakah anda melihat sesuatu yang mencurigakan pada hari itu?

Wati: Tidak ada.

VOA: Para pelari kemudian saling bantu-membantu. Bisa dideskripsikan?

Wati: Kalau itu mungkin masih di garis finish ya. Mereka saling bantu. Kalau saya sudah agak jauh, dua blok, jadi tidak kelihatan lagi.

VOA: Setelah dari situ anda pergi ke mana?

Wati: Langsung ambil tas, telpon suami saya. Dia kebetulan dekat dengan bom yang kedua. Dia suruh saya jalan menjauhi ke park ant then take a taxi.

VOA: Rasanya bagaimana, Wati?

Wati: Panik. Karena waktu itu pertama saya memikirkan suami saya, karena dia bilang dia mau tunggu saya di sebelah kiri di garis finish. Ledakan itu di sebelah kiri. Jadi saya langsung teringat sama dia. Langsung saya ambil cellphone langsung telpon dia. Dia kebetulan sudah selesai. Mungkin terlalu crowded, jadi tidak sempat sampai tempatnya di garis finish. Jadi mungkin masih agak jauh dari garis finish tepatnya di dekat ledakan yang kedua.

VOA: Apakah dia baik-baik saja?

Wati: Iya. Dia baik-baik saja.

VOA: Bagaimana keadaan kota Boston pasca ledakan?

Wati: Polisi di mana-mana. Ambulans sama sirene bunyi terus tiap malam. Mungkin masih ada korban atau apa kita juga kurang tahu. Tetapi sekarang polisi masih di mana-mana. Di train station polisi juga siap sedia.

VOA: Situasi di airport (Rabu) bagaimana?

Wati: Waktu kita ke sana securitynya juga agak ketat. Semuanya di cek. Kebetulan kita penerbangannya agak pagi jadi tidak terlalu crowded.

VOA: Anda sudah berapa kali mengikuti maraton?

Wati: Ini yang ketiga kali. Di Minnesota, terus pernah di Las Vegas satu kali, cuma half marathon.

VOA: Bagaimana sampai anda bisa hobi lari?

Wati: Karena suami saya senang lari. Jadi dia tanya saya, mau tidak lari? Boleh. Terus ikut-ikut saja. Lari 5km, 10km, half marathon, sampai maraton. Sudah jadi hobi. Saya ingin sekali lari (di) Boston. Jadi kemarin yang lari di Twin Cities kebetulan qualified untuk di Boston. Jadi larinya tahun ini.

VOA: Kualifikasinya apa untuk bisa mengikuti Boston Marathon?
Wati: Tergantung usia ya. Harus lari dalam in a certain finish time.

VOA: Ada yang ingin anda sampaikan kepada orang-orang di Indonesia yang menunggu kabar dari anda?

Wati: Buat semua teman-teman, saya tahu banyak teman-teman yang khawatir, karena mereka tahu dari Facebook saya, saya pergi ke Boston lari. Terus, kemarin banyak sekali yang SMS, message dari facebook, tanya-tanya. Tapi, saya baik-baik saja. Thank you atas perhatiannya.

VOA: Terima kasih sekali Wati atas cerita dan kabar dari anda. Senang sekali kami mendengar bahwa anda dan suami baik-baik saja dan sekarang sudah sampai di Minnesota kembali. Semoga sukses selalu anda, suami, dan kehidupan anda.
XS
SM
MD
LG