Tautan-tautan Akses

Wartawan Rusia: ‘Pembantaian Bucha Menjadi Titik Balik’


Sejumlah tentara Ukraina berjalan di tengah puing-puing tank milik pasukan Rusia yang hancur di Bucha, wilayah pinggiran Kyiv, pada pada 3 April 2022. (Foto: AP/Rodrigo Abd)
Sejumlah tentara Ukraina berjalan di tengah puing-puing tank milik pasukan Rusia yang hancur di Bucha, wilayah pinggiran Kyiv, pada pada 3 April 2022. (Foto: AP/Rodrigo Abd)

Ekaterina Fomina menjalani seluruh hidupnya di Moskow. Dan meskipun sang jurnalis investigasi itu pernah belajar selama satu tahun di luar negeri, meninggalkan Rusia bukanlah bagian dari rencananya.

Namun, ketika Moskow menginvasi Ukraina, tekanan pada Fomina dan media tempat ia bekerja, iStories, semakin meningkat.

IStories, yang terdaftar di luar Rusia, ditetapkan sebagai agen asing pada tahun 2021. Tetapi pada bulan Maret, dia dan timnya mengetahui bahwa hanya beberapa hari sebelum perang, pihak berwenang Rusia juga telah menyatakan bahwa media mereka sebagai “organisasi yang tidak diinginkan.”

Lalu awak media tempat ia bekerja keluar dengan satu keputusan bulat. Mereka harus pergi meninggalkan Rusia.

Ketika pertama kali meninggalkan Rusia, Fomina tidak nyaman dengan label yang disematkan pada medianya sebagai “agen asing” dan “tidak diinginkan.” Tapi hal itu segera berubah.

“Bucha menjadi titik balik bagi saya,” katanya kepada VOA. “Saya mengerti bahwa musuh rakyat, penjahat, ekstremis, dan beberapa elemen masyarakat yang tidak diinginkan bukanlah kita.”

Pembantaian Bucha adalah pembunuhan dan penganiayaan warga sipil Ukraina yang dilakukan oleh Angkatan Bersenjata Rusia selama penyerangan dan pendudukan Kota Bucha di Ukraina di tengah invasi Rusia ke negara tersebut. Bukti foto dan video pembantaian itu muncul pada 1 April 2022 setelah pasukan Rusia mundur dari kota itu.

Fomina adalah satu dari ratusan jurnalis yang melarikan diri dari peningkatan represi terhadap media karena Rusia secara ketat mengontrol liputan perang, termasuk menjatuhkan hukuman berat untuk “berita palsu” mengenai konflik tersebut.

Galina Arapova, seorang pengacara media senior dan direktur di organisasi nirlaba Pusat Pertahanan Media Massa, mengatakan sedikitnya 12 jurnalis saat ini menghadapi dakwaan di Rusia terkait dengan liputan perang mereka.

Arapova, yang juga meninggalkan Rusia, percaya bahwa tujuan Moskow dengan melancarkan tindakan hukum semacam itu adalah “tidak semata-mata ingin memenjarakan semua orang, tetapi tentu hal itu dilakukan untuk mengintimidasi.” Otoritas Rusia boleh dikatakan berhasil dalam upayanya karena seluruh tim editorial telah pergi.

Dana Eropa untuk Jurnalisme di Pengasingan tahun ini telah membantu 21 organisasi media Rusia dan anggota tim masing-masing – semuanya berjumlah sekitar 400 orang – untuk menetap di delapan negara Eropa. [lt/rs]

Forum

XS
SM
MD
LG