Tautan-tautan Akses

Wartawan Foto Prancis-Afghanistan Ditahan oleh Taliban


Wartawan foto Mortaza Behboudi dalam sebuah foto yang beredar di media sosial. (Foto: Media sosial)
Wartawan foto Mortaza Behboudi dalam sebuah foto yang beredar di media sosial. (Foto: Media sosial)

Kekhawatiran kini semakin meningkat soal kondisi wartawan foto pemenang penghargaan yang telah ditahan di Kabul selama hampir sebulan oleh Taliban.

Mortaza Behboudi, yang memiliki dua kewarganegaraan yaitu Afghanistan dan Prancis, tiba di Kabul pada 5 Januari untuk tugas peliputan. Namun ia ditangkap oleh Taliban atas tuduhan mata-mata, setelah ia mendaftar untuk memperoleh tanda pers, kata organisasi hak-hak media.

Sebuah pernyataan bersama yang dirilis oleh organisasi Reporters Without Borders (RSF) dan sejumlah jurnalis dari beberapa kantor berita terkemuka di Prancis pada Senin (6/2) meminta Taliban untuk “mengakhiri situasi yang tidak masuk akal itu.”

“Kami telah diam selama 30 hari tentang penahanan Mortaza Behboudi,” tulis pernyataan itu. “Hari ini, kami memberi tahu dunia bahwa dia ditangkap di Kabul satu bulan lalu pada 7 Januari, dengan harapan ia akan dibebaskan secepatnya dan dapat kembali ke Prancis.”

RSF melaporkan bahwa kontak bantuan mereka sempat merima panggilan dari telepon milik Behboudi pada 15 Januari, namun tidak ada pesan yang ditinggalkan.

VOA telah menghubungi Taliban untuk meminta komentar terkait penangkapan tersebut. Seorang juru bicara Taliban mengatakan bahwa mereka akan segera merespons permintaan tanggapan namun sampai berita ini diturunkan, Taliban belum memberikan komentarnya.

Karya jurnalis yang dihasilkan Behboudi berfokus pada isu-isu terkait pengungsi, termasuk kamp-kamp di Yunani.

Ia telah dua kali dipaksa masuk ke pengasingan, pertama semasa anak-anak ketika keluarganya pindah ke Iran untuk menghindar dari pemerintahan Taliban. Kemudian pada tahun 2015 ketika dia meminta suaka di Prancis setelah diancam karena tulisan peliputannya.

Pada waktu itu, Behboudi telah tinggal dan bekerja di Afghanistan, ketika ia kembali tahun 2012 untuk kuliah. Liputannya tentang perdagangan opium membuatnya menjadi sasaran Taliban, menurut organisasi Paris Institute for Critical Thinking. [ps/jm]

Forum

XS
SM
MD
LG