Tautan-tautan Akses

Warga Indonesia di Oklahoma Ikut Galang Bantuan untuk Korban Tornado


Kerusakan akibat badai tornado di kota Moore, Oklahoma (21/5). Sekitar 40 keluarga Indonesia tinggal di negara bagian Oklahoma, yang dikenal rawan tornado.
Kerusakan akibat badai tornado di kota Moore, Oklahoma (21/5). Sekitar 40 keluarga Indonesia tinggal di negara bagian Oklahoma, yang dikenal rawan tornado.

Warga Indonesia di sekitar Oklahoma segera mengumpulkan bantuan untuk para korban, seperti diceritakan warga asal Indonesia, Wanti Gaige, di kota Edmond, Oklahoma.

Badai tornado yang melanda kota Moore di negara bagian Oklahoma, Amerika telah menewaskan 24 orang dan melukai lebih dari 200 orang. Menurut data yang diperoleh dari Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Houston ada pasangan suami isteri asal Indonesia di kota Moore yang menjadi korban bencana alam ini.

Warga Indonesia di sekitar Oklahoma segera mengumpulkan bala bantuan untuk para korban. Berikut keterangan dari warga Indonesia, Wanti Gaige, di kota Edmond, Oklahoma yang juga adalah ketua organisasi Indonesian American Association in Oklahoma (IAAO) kepada reporter VOA, Vena Dilianasari, mengenai hal ini.

VOA: Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan masyarakat Indonesia di Oklahoma?

Wanti: Saya langsung menghubungi Tante Ina yang sudah lama tinggal di Oklahoma. Beliau yang lebih tahu, siapa yang tinggal di mana. Yang saya tahu, om Bob dan Susan, mereka rumahnya memang hancur dan tidak ada yang bisa diselamatkan, kecuali pakaian mereka. Dan mereka sempat terjebak setengah jam di bak mandi tempat mereka berlindung, karena tidak ada tornado shelter (tempat mengungsi) di rumahnya. Tante Susan dan om Bob menginap di rumah saudaranya om Bob sekarang. Mudah-mudahan mereka tidak terlalu down. Mereka tahu kalau kita, masyarakat Indonesia di Oklahoma, akan membantu.

VOA: Apakah yang akan dilakukan organisasi anda?

Wanti: Kita belum pernah menghadapi situasi seperti ini. Tapi masyarakat Indonesia di Oklahoma sudah kelihatan akan membantu apa saja yang bisa kita bantu. Dan sejauh ini ada salah satu anggota dari IAAO, Lea Suwantri, yang akan pergi melihat situasi ke daerah situ (Moore). Sekarang tempat kejadian ditutup untuk umum dan mungkin nanti akan ke sana mencoba untuk mencari tahu keadaan mereka (Bob dan Susan).

VOA: Bagaimana cara orang dari luar bisa masuk ke daerah Moore?

Wanti: Mereka katanya parkir jauh. Jalan sampai berapa mil. Kalau mobil katanya di blok.

VOA: Bagaimana dengan Bob dan Susan apakah mereka sudah keluar dari Moore?

Wanti: Kalau om Bob dan tante Susan, iya. Not too far from Moore. Moore juga lumayan besar. Saudara om Bob tidak terlalu jauh dari Moore. Sudah banyak orang yang (menawarkan) punya spare bedroom mereka welcome. Saya sendiri belum bisa memutuskan enaknya bantuan apa.

VOA: Ada berapa jumlah anggota dari IAAO?

Wanti: Masyarakat Indonesia di sini banyak ya. Tetapi yang menjadi anggota resmi kira-kira 40 keluarga. Itu bukan masyarakat Indonesia saja. Ada juga masyarakat asing yang juga cinta Indonesia. Jadi untuk menjadi anggota IAAO tidak harus warga negara Indonesia.

Sementara itu, mahasiswa-mahasiswa Indonesia di Oklahoma ikut panic ketika badai tornado melanda kota Moore yang terletak di daerah Oklahoma City, di negara bagian Oklahoma, Senin lalu.

“Di kota Stillwater sendiri sudah ada warning dari minggu malam waktu setempat, Senin pagi waktu Indonesia. Pihak kampus sendiri sudah mengeluarkan warning lewat Facebook, twitter, e-mail kepada semua mahasiswa untuk siap siaga dan mereka juga sudah menjelaskan tempat-tempat perlindungan untuk evakuasi. Pada hari minggu malam hujan. Awannya gelap. Waktu minggu malam, tornado terjadi di (kota) Shawnee. Tidak jauh dari Oklahoma City” kata Timothy Pasaribu, mahasiswa Indonesia di Oklahoma State University, kepada reporter VOA, Dhania Iman, Selasa lalu.

Timothy tinggal di kota Stillwater yang jaraknya sekitar satu setengah jam dari kota Moore yang terletak di daerah Oklahoma City, Oklahoma. “Di Stillwater baik-baik saja. Hanya gerimis. Angin kencang dan awan mendung. Warning sudah dikeluarkan. Sirene sudah berbunyi. Kami semua ikut panik” ujar mahasiswa jurusan keuangan dan bisnis internasional ini.

“Sirene sempat berbunyi sekali. Tetapi sehabis itu tidak berbunyi lagi karena mereka beranggapan kalau Stillwater tidak apa-apa. Kita tetap disuruh siap siaga karena kita tidak tahu. Cuaca bisa berubah kapan saja” tambah Timothy.

Tahun lalu Timothy sempat mengalami kepanikan yang sama.
“Waktu itu jam 2 pagi. Hujannya lebih lebat dari kemarin. Waktu itu semua sedang tidur, lalu sirene berbunyi. Kencang banget. Saya juga ditelpon oleh teman-teman dan keluarga, disuruh bangun dan pergi ke shelter untuk mengungsi. Saya langsung bangun, mengambil barang, dan pergi ke shelter” ujarnya.

Sebagai ketua Persatuan Mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat (PERMIAS) cabang Stillwater, Oklahoma, Timothy ikut aktif dalam mencari tahu keberadaan orang-orang Indonesia di sekitar Oklahoma yang memerlukan bantuan.

Kata Timothy, “PERMIAS Stillwater sendiri belum ada rencana untuk pergi ke Moore. Tapi kami sudah berencana untuk memberikan donasi ke Moore. Pihak-pihak masyarakat Indonesia di Tulsa, Edmond, dan Oklahoma City sendiri akan pergi ke Moore untuk ikut membantu.”
XS
SM
MD
LG