Tautan-tautan Akses

Untuk Pertama Kalinya, Drone Digunakan dalam Pencarian Besar-Besaran di Grand Canyon


Keberadaan Ngarai Grand Canyon di wilayahnya membuat Arizona dijuluki Grand Canyon State (photo: dok.)
Keberadaan Ngarai Grand Canyon di wilayahnya membuat Arizona dijuluki Grand Canyon State (photo: dok.)

Misi penyelamatan dua pendaki yang menghilang di dasar Grand Canyon menjadi usaha National Park Service paling ekstensif yang mengandalkan drone untuk misi penyelamatan.

Usaha yang melelahkan pekan ini untuk menemukan dua pendaki yang menghilang di dasar Grand Canyon menjadi usaha National Park Service paling ekstensif yang mengandalkan drone untuk misi penyelamatan.

Grand Canyon adalah satu-satunya taman nasional dengan armada pesawat tak berawaknya sendiri untuk menemukan orang yang tersesat, terdampar, terluka, atau tewas. Di bawah sebuah program yang berawal musim gugur yang lalu, taman nasional tersebut memiliki lima drone dan empat operator yang telah bersertifikat.

Meskipun pencarian dari udara terhadap dua pendaki ini tidak berhasil, namun usaha ini memberikan gambaran tentang teknologi yang dapat memasuki rongga-rongga dan tempat-tempat sulit yang lain yang tidak dapat dijangkau dengan berjalan kaki selain menyelamatkan para petugas pencari dari risiko pencarian dengan helikopter.

Indah sekaligus berbahaya

Dengan tebing-tebingnya yang curam, yang terbentang hampir 2000 mil persegi dan pemandangan yang menakjubkan, Grand Canyon dapat menjadi tempat yang berbahaya sekaligus mengagumkan.

Jagawana taman tersebut dihadapkan dengan 1.200 kasus kecelakaan darurat, 293 misi penyelamatan, dan 17 korban jiwa di tahun 2016, tahun dimana taman nasional tersebut menerima 6 juta pengunjung. Musim panas lalu, seorang eksekutif Yelp berusia 35 tahun tersandung saat mendaki, jatuh terjengkang, dan ditemukan tewas di kedalaman 400 kaki di dasar tebing.

“Usaha kami yang lalu adalah dengan mengandalkan helikopter untuk mencari dan mengamati,” ujar kepala jagawana Grand Canyon, Matt Vandzura. Namun sekarang, drone dapat menawarkan “pencarian yang lebih sesama tanpa membuat siapapun harus menghadapi risiko. Penggunaan metode ini secara dramatis telah meningkatkan kemampuan kami untuk menjaga keamanan orang-orang.”

Drone itu berukuran lebar 18 inci dan tinggi 10 inci, dengan daya tahan baterai sekitar 20 menit. Operator drone menyimak tampilan langsung via video dan kemudian menganalisanya lagi di akhir hari.

Pendaki yang hilang.

Pesawat udara digunakan hari Senin hingga Rabu untuk mencari keberadaan LouAnn Merrell, 62 tahun, dan cucu laki-laki tirinya, Jackson Standefer, 14 tahun. Taman nasional itu juga mengirimkan tim penyelamat lewat jalan darat yang terdiri dari 20 orang, perahu karet bermotor, dan sebuah helikopter.

Merrell dan Standefer menghilang akhir ekan lalu setelah kehilangan jejaknya ketika menyeberangi sebuah sungai kecil dekat Sisi Utara. Mereka mendaki bersama suami Merrel, salah satu pendiri Merrell Boot Co., Randy Merrell, dan ibu sang anak lelaki.

Taman nasional segera menarik operasi penyelamatan dan berhenti menggunakan drone namun meneruskan pencarian. Dalam sebuah pernyataan, keluarga para pendaki tersebut mendukung keputusan tersebut dan mengatakan mereka “tetap berdoa dan berharap akan suatu mukjizat.”

Karyawan Taman Nasional Grand Canyon mengoperasikan drone di taman tersebut tahun 2016. Grand Canyon adalah satu-satunya taman nasional dengan armada drone nya sendiri untuk menjangkau orang yang tersesat, terdampar, terluka, atau tewas.

Penggunaan drone sebelumnya

Bulan November, setelah seorang pengunjung tergelincir dari tebing dan tewas, drone dikerahkan untuk memeriksa pepohonan dan semak untuk memastikan daerah tersebut aman untuk didarati oleh helikopter dan mengangkat mobil yang tergelincir tersebut.

Bulan berikutnya, anggota jagawana menggunakan drone untuk mencari seorang wanita yang bunuh diri dengan melompat dari tebing. Mereka kemudian menuruni tebing tersebut untuk mengangkat jenazah wanita tersebut.

Bahaya menerbankan helikopter di ngarai tersebut tergambar dalam sebuah insiden di tahun 2003, ketika helikopter milik Park Service mengalami kerusakan mesin dan mendarat darurat di Sisi Utara. Penumpang helikopter hanya menderita cedera ringan, namun helikopter yang mereka tumpangi hancur sama sekali.

Taman nasional lainnya menggunakan drone, namun untuk penelitian satwa liar. Penggunaan drone pribadi di taman nasional tidak diperkenankan.

James Doyle, jurubicara layanan taman nasional untuk kawasan antar pegunungan, menyatakan taman nasional lainnya mungkin akan mengusahakan untuk memanfaatkan armada drone juga. Ia mengatakan topografi ekstrim dari kawasan Grand Canyon, dengan kedalaman satu mil, membuat penggunaan drone sesuatu yang ideal.

“Ini adalah perangkat yang menakjubkan untuk situasi yang tidak menguntungkan yang telah kami alami sendiri di Grand Canyon,” ujar Doyle. [ww]

XS
SM
MD
LG