Tautan-tautan Akses

Uni Eropa Tingkatkan Keamanan Perbatasan


Polisi mengatur pengendara mobil di perbatasan Hongaria-Slovakia di Esztergom, Hongaria, 3 September 2020. (Foto: dok).
Polisi mengatur pengendara mobil di perbatasan Hongaria-Slovakia di Esztergom, Hongaria, 3 September 2020. (Foto: dok).

Komisi Eropa menginginkan negara-negara anggota memperkuat kontrol perbatasan dan kerjasama kepolisian untuk memperketat keamanan blok yang beranggotakan 27 negara itu dari serangan ekstremis.

Sebagai bagian dari Agenda Kontra-Terorisme yang diumumkan pada Rabu (9/12), badan eksekutif Uni Eropa menyatakan pendeteksian tersangka yang efisien di perbatasan blok kawasan itu sangat penting untuk menjamin keamanan masyarakat Eropa tersebut.

Ylva Johansson. (Foto: dok).
Ylva Johansson. (Foto: dok).

Komisaris Uni Eropa Ylva Johansson mengemukakan semua negara anggota bertanggung jawab untuk melindungi perbatasan bersama, dan itu dapat tercapai dengan menentukan, "siapa yang datang dan pergi dengan memberi tanda peringatan, daftar pantauan, dari mereka yang berpotensi mendatangkan ancaman terhadap keamanan kita. "

Di bawah pengaturan Sistem Informasi Schengen (SIS) yang diterapkan dua tahun lalu, otoritas nasional tiap negara anggota diwajibkan mengeluarkan peringatan terkait "pelanggaran teroris" dan negara-negara anggota perlu berbagi informasi dengan Europol.

Polisi Belgia mengenakan masker saat memeriksa dokumen pengendara mobil di perbatasan Belgia-Belanda di tengah pandemi Covid-19, di Meersel-Dreef, Belgia, Maret 2020. (Foto: dok).
Polisi Belgia mengenakan masker saat memeriksa dokumen pengendara mobil di perbatasan Belgia-Belanda di tengah pandemi Covid-19, di Meersel-Dreef, Belgia, Maret 2020. (Foto: dok).


Komisi itu berencana memperkuat badan penegak hukum Uni Eropa dengan menambah anggaran dan kompetensi yang lebih besar, termasuk peluang untuk mengeluarkan peringatan sendiri atas kehadiran teroris.

Sejak serangan mematikan di Paris pada 13 November 2015, ketika sejumlah teroris yang kembali dari Suriah terlibat, Uni Eropa berulang kali dilanda tindakan ekstremis.

Pada tahun 2019, tujuh serangan teroris jihadis terjadi di Uni Eropa yang melibatkan dua kali lipat jumlah penegak hukum untuk menggagalkannya.

Badan eksekutif Uni Eropa juga berencana untuk bekerja dengan negara-negara anggota untuk menambah akses ke sejumlah bukti digital dan informasi terenkripsi yang digunakan para pelaku.

"Para teroris mengembangkan alat-alat dan metode baru setiap saat, dan kami perlu mengikuti perkembangannya," Johansson menambahkan lebih lanjut.

Komisi Eropa itu memperkirakan 5.000 penduduk dari kawasan Uni Eropa melakukan perjalanan ke Suriah dan Irak dan bergabung dengan kelompok-kelompok jihadis, termasuk 1.500 yang masih berada di daerah tersebut dan dapat kembali dengan beberapa rencana untuk menarget Eropa. [mg/jm]

Recommended

XS
SM
MD
LG