Tautan-tautan Akses

UNHCR: Sedikitnya 20 Rohingya Tewas Setelah Terkatung-katung di Laut


FOTO FILE: Pengungsi Rohingya yang diselamatkan oleh nelayan, terlihat di atas kapal di belakang kapal patroli dekat pantai Seunuddon, Aceh Utara, 24 Juni 2020. (Antara Foto/Rahmad/via REUTERS)
FOTO FILE: Pengungsi Rohingya yang diselamatkan oleh nelayan, terlihat di atas kapal di belakang kapal patroli dekat pantai Seunuddon, Aceh Utara, 24 Juni 2020. (Antara Foto/Rahmad/via REUTERS)

Setidaknya 20 orang Rohingya tewas di laut dalam beberapa pekan terakhir, kata Badan Urusan Pengungsi PBB (UNHCR), Selasa (27/12).

Badan itu mengatakan, sementara sejumlah kapal yang membawa ratusan Muslim yang teraniaya mendarat di Indonesia, beberapa kapal lainnya diyakini masih terapung-apung di Samudera Hindia.

Sebuah kapal terdampar di sebuah pantai di provinsi Aceh pada hari Senin dengan 174 orang Rohingya di dalamnya. Kebanyakan dari mereka mengalami dehidrasi, lelah dan membutuhkan perawatan medis segera setelah berpekan-pekan di laut, kata sejumlah pejabat badan penanggulangan bencana setempat.

Chris Lewa dari Proyek Arakan, yang memberikan dukungan kepada Rohingya, mengatakan kapal itu adalah kapal yang sebelumnya dilaporkan hilang dan dikhawatirkan tenggelam.

UNHCR, Senin (26/12) mengatakan 2022 bisa menjadi salah satu tahun paling mematikan di laut dalam hampir satu dekade bagi Rohingya, karena semakin banyak dari mereka yang melarikan diri dari kondisi memprihatinkan di kamp-kamp pengungsi di Bangladesh.

Orang-orang Rohingya telah lama dianiaya di Myanmar yang mayoritas beragama Buddha, yang berbatasan dengan Bangladesh. Selama bertahun-tahun banyak dari mereka yang melarikan diri ke negara-negara seperti Thailand, Malaysia dan Indonesia antara November dan April ketika laut lebih tenang.

Pengungsi Rohingya menerima perawatan medis di tempat penampungan sementara di Pidie, Provinsi Aceh, Indonesia, 26 Desember 2022. (Antara Photo/Joni Saputra/via REUTERS)
Pengungsi Rohingya menerima perawatan medis di tempat penampungan sementara di Pidie, Provinsi Aceh, Indonesia, 26 Desember 2022. (Antara Photo/Joni Saputra/via REUTERS)

Hampir 1 juta orang Rohingya hidup dalam kondisi sangat memprihatinkan di Bangladesh. Ratusan ribu di antaranya melarikan diri dari penumpasan mematikan oleh militer Myanmar pada tahun 2017.

Kelompok-kelompok HAM telah mencatat peningkatan signifikan dalam jumlah pengungsi yang meninggalkan kamp, dari sekitar 500 pada tahun lalu menjadi sekitar 2.400 pada tahun ini. Tidak jelas apa yang mendorong eksodus yang lebih besar. Beberapa aktivis percaya pencabutan pembatasan COVID di kawasan Asia Tenggara, tujuan favorit bagi Rohingya, bisa menjadi faktornya.

“Kami datang ke sini dari kamp pengungsi terbesar di Bangladesh dengan harapan masyarakat Indonesia memberi kami kesempatan pendidikan,” kata Umar Farukh, yang berbicara di tempat penampungan yang penuh sesak dengan lelaki, perempuan dan anak-anak Rohingya yang dirawat oleh para petugas medis Indonesia.

Kelompok ini adalah yang terbaru dalam serangkaian pendaratan dan penyelamatan kapal di sekitar wilayah tersebut dalam beberapa pekan terakhir.
Ada 57 orang Rohingya lainnya yang mencapai Aceh pada hari Minggu, sementara dua kapal lain yang membawa total 230 orang mendarat pada bulan November.

Awal bulan ini, angkatan laut Sri Lanka menyelamatkan 104 orang Rohingya, sementara pihak berwenang Thailand menyelamatkan enam orang lainnya yang ditemukan terapung-apung dengan menempel di sebuah tangki air terapung. [ab/uh]

Forum

XS
SM
MD
LG