Tautan-tautan Akses

UNHCR: Kebijakan Pengungsi dan Pencari Suaka Israel Berbahaya


Para migran Eritrea melakukan aksi unjuk rasa di kota Ramat Gan dekat Tel Aviv, Israel (foto: ilustrasi).
Para migran Eritrea melakukan aksi unjuk rasa di kota Ramat Gan dekat Tel Aviv, Israel (foto: ilustrasi).

Badan pengungsi PBB (UNHCR) meminta kepada pemerintah Israel agar jangan mengirim paksa ribuan pengungsi atau pencari suaka Eritrea dan Sudan ke negara lain di sub-Sahara Afrika.

Lembaga pengungsi PBB mengatakan bahwa kebijakan Israel sudah ada sejak tahun 2016, namun Israel secara umum belum menerapkannya; meski demikian juru bicara UNHCR William Spindler mengatakan rencana Israel, yang diumumkan tanggal 1 Januari lalu untuk mengirim paksa penduduk Eritrea dan Sudan ke negara-negara di Afrika atau menghadapi penahanan tanpa batas waktu, sangat memprihatinkan.

"Pernyataan resmi bahwa rencana itu pada akhirnya bisa menyebabkan keluarga dan orang-orang yang sedang mengajukan suaka atau pencari suaka dibawa ke bandara dengan tangan diborgol, sangat memprihatinkan. Pemindahan paksa ke negara-negara yang tidak memberikan perlindungan yang efektif dan perpindahan orang-orang ini ke Libya dan selanjutnya ke Eropa, sangat mengkhawatirkan," kata Spindler.

Diperkirakan 27.000 warga Eritrea dan 7.700 warga Sudan saat ini berada di Israel. Sejak pemerintah mengambil-alih proses pemeriksaan dari UNHCR pada tahun 2009, hanya 10 orang Eritrea dan satu orang Sudan yang diakui sebagai pengungsi.

Antara November 2015 dan Desember 2017, staf UNHCR di Roma mewawancarai 80 pengungsi atau pencari suaka Eritrea - semuanya sudah diusir secara paksa oleh Israel.

Spindler mengatakan kasus mereka menunjukkan bahaya dari kebijakan ini.

"Sebagian besar mengatakan mereka dipindahkan dari Israel ke sebuah negara di Afrika dan diberi uang $3.500; tapi situasi pada saat tiba berbeda jauh dengan yang diharapkan ditambah hanya sedikit dukungan di luar akomodasi pada malam pertama. Mereka melaporkan merasa tidak aman, karena diketahui memiliki uang," paparnya.

Spindler mengatakan semua warga Eritrea melaporkan memasuki Israel melalui Sinai dan telah mengalami penyiksaan, penganiayaan dan pemerasan selama perjalanan mereka. Ia mengatakan UNHCR siap untuk membantu Israel mencari penyelesaian alternatif, seperti pemukiman kembali secara legal ke negara lainnya untuk memastikan perlindungan bagi para pencari suaka.

Orang-orang Afrika yang masuk ke Israel menggambarkan diri mereka sebagai pengungsi yang mencari suaka politik, tapi Israel menganggap sebagian besar sebagai migran ekonomi ilegal dan bahkan "penyusup." [my/ii]

XS
SM
MD
LG