Tautan-tautan Akses

Umat Budha Surabaya Adakan Doa Bersama bagi Perdamaian Dunia


Inayah Wahid (baju putih) bersama Bhikkuhni Choyong Drolma dari Nepal (kanan) saat acara doa bersama untuk perdamaian Indonesia dan dunia (15/1).
Inayah Wahid (baju putih) bersama Bhikkuhni Choyong Drolma dari Nepal (kanan) saat acara doa bersama untuk perdamaian Indonesia dan dunia (15/1).

Maraknya aksi kekerasan serta pelanggaran hak asasi manusia beberapa waktu terakhir, memunculkan keprihatinan dari berbagai kalangan masyarakat, termasuk kelompok agama.

Umat Budha di Surabaya memilih cara dengan berdoa bersama sebagai upaya untuk meredam tindak kekerasan yang selama ini sering terjadi, agar setiap orang yang memiliki niat baik untuk menciptakan kedamaian dapat mewujudkannya melalui doa bersama kepada Tuhan.

Hampir seribu orang memadati Zhang Palace, sebuah tempat di kawasan Lontar, Surabaya Barat, untuk mengikuti doa bersama bagi perdamaian Indonesia dan dunia, yang diselenggarakan Buddhist Education Center Surabaya.

Panita Doa Bersama Untuk Perdamaian Indonesia dan Dunia, Hutomo Wangsanegara mengatakan, digelarnya doa bersama umat Budha di Surabaya yang melibatkan berbagai kalangan termasuk dari lintas agama, diharapkan mampu menciptakan energi positif bagi terwujudnya kehidupan masyarakat yang harmonis.

Hutomo Wangsanegara mengatakan, “Dengan doa ini kan kita melihat satu sisi bahwa, doa kan merupakan suatu kegiatan positif yang mempunyai nilai positif, dengan doa ini kita akan menciptakan suatu energi positif bagi keadaan di sekitar kita. Semoga dengan energi positif ini bisa membawa suatu suasana yang lebih harmonis bagi kita semua.”

Doa bersama ini menghadirkan Bhikkhuni dari Nepal, ani Choying Drolma, yang membawa peserta doa bersama melantunkan energi positif melalui doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Bhikkhuni Choying Drolma mengungkapkan perlunya membangun kehidupan yang harmoni antar manusia serta antara manusia dengan alam, melalui doa dan sikap saling menghargai satu sama lain.

“Mungkin ini semua adalah upaya untuk membangun kembali kepedulian manusia terhadap kehidupan di dunia ini, yang terkait dengan hubungan antar manusia dengan alam, serta relasi saling memperhatikan antar sesama makhluk demi terciptanya kedamaian,” kata Bhikkhuni Choying Drolma.

Tindak kekerasan yang kerap terjadi akhir-akhir ini seringkali dilakukan oleh kelompok masyarakat yang mengatasnamakan pembela kebenaran agama, yang justru seringkali dibiarkan oleh negara untuk bebas melakukan aksi kekerasan kepada kelompok minoritas.

Koordinator komunitas GusDurian Muda sekaligus putri mantan Presiden Abdurrahman Wahid, Inayah Wahid mengutarakan, banyaknya perbedaan tidak seharusnya dijadikan penyebab perpecahan, yang hanya akan membuat masyarakat dan bangsa Indonesia mudah tebelah dan cepat hancur.

“Yang paling penting sekarang adalah memperbanyak tindakan positif yang bisa dilihat oleh masyarakat. masyarakat kita sudah terlalu banyak melihat hal-hal negatif, terlalu banyak melihat kemarahan, terlalu banyak melihat kekerasan, sekarang waktunya kita balik, dan kita biarkan mereka untuk melihat lebih banyak kebaikan,” demikian menurut Inayah Wahid.

XS
SM
MD
LG