Tautan-tautan Akses

Ukraina-Rusia Lanjutkan Pembicaraan Damai, AS Cegah China Bantu Rusia


Delegasi dari Rusia dan Ukraina mengadakan pembicaraan dalam pembicaraan di Taman Nasional Belavezhskaya Pushcha, dekat perbatasan Polandia-Belarusia, ke utara dari Brest, di Belarus, 7 Maret 2022. (Foto: via AP)
Delegasi dari Rusia dan Ukraina mengadakan pembicaraan dalam pembicaraan di Taman Nasional Belavezhskaya Pushcha, dekat perbatasan Polandia-Belarusia, ke utara dari Brest, di Belarus, 7 Maret 2022. (Foto: via AP)

Delegasi Ukraina dan Rusia melanjutkan pembicaraan perdamaian pada Senin (14/3), sehari setelah Rusia meluncurkan serangan misil jelajah mematikan terhadap sebuah pangkalan militer di bagian barat Ukraina, hanya 25 kilometer dari Polandia, negara anggota NATO. Sedikitnya 35 orang tewas dan 134 cedera dalam serangan terhadap Pusat Internasional bagi Penjagaan Perdamaian dan Keamanan.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Minggu (13/3), mengatakan dalam pidato malam hariannya bahwa Minggu (13/3) merupakan “hari kelam” bagi Ukraina karena serangan tersebut.

Presiden Ukraina itu mengatakan ia telah memberi “peringatan jelas” kepada para pemimpin Barat mengenai kemungkinan serangan terhadap pangkalan di mana unit-unit NATO berlatih dengan tentara Ukraina.

“Ini tidak mengejutkan bagi komunitas intelijen dan keamanan nasional Amerika,” kata Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan dalam sebuah acara di televisi CNN. “Apa yang diperlihatkan adalah (presiden Rusia) Vladimir Putin frustrasi dengan fakta bahwa pasukannya tidak membuat kemajuan yang ia pikir akan mereka buat.”

“Jika Rusia menyerang, menggempur, menembaki teritori NATO, aliansi NATO akan menanggapi itu,” kata Sullivan dalam acara Face the Nation di stasiun televisi CBS.

Presiden Zelenskyy pada Minggu (13/3) malam mengatakan ia telah berupaya mengatur pertemuan dengan Putin tetapi tidak berhasil meskipun delegasi Ukraina dan Rusia berbicara setiap hari untuk membuat pengaturan mengenai koridor kemanusiaan dan perjanjian gencatan senjata.

Presiden Rusia Vladimir Putin, kanan tengah, dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy, kiri tengah, di Istana Elysee, Paris, Prancis pada 2019. (Foto: via AP)
Presiden Rusia Vladimir Putin, kanan tengah, dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy, kiri tengah, di Istana Elysee, Paris, Prancis pada 2019. (Foto: via AP)

Sullivan pada Minggu (13/3) juga menanggapi kekhawatiran yang kian berkembang bahwa Rusia akan menggunakan senjata kimia di Ukraina.

“Kami tidak dapat memprediksi waktu dan tempat,” kata Sullivan di CBS, seraya menyatakan ada peningkatan retorika dari Moskow yang secara keliru menuduh AS dan Ukraina membuat senjata kimia atau biologi untuk digunakan dalam menghadapi pasukan Rusia.

“Ini merupakan indikator bahwa Rusia siap untuk melakukannya” dan menyalahkan pihak lain, kata Sullivan.

Pada acara Meet the Press di stasiun televisi NBC, Sullivan mengatakan, “Kami telah berkonsultasi dengan sekutu-sekutu dan mitra-mitra kami mengenai itu, dan kami siap untuk kemungkinan tersebut.” Ia menggemakan peringatan Presiden AS Joe Biden pekan lalu bahwa Rusia akan menghadapi konsekuensi berat jika senjata semacam itu digunakan.

Ombudsman HAM Ukraina mengatakan Rusia menggunakan amunisi berfosfor dalam serangan semalam di Popasna, kota di kawasan Luhansk di bagian timur Ukraina. VOA tidak dapat segera memverifikasi klaim tersebut. Meskipun fosfor tidak dianggap sebagai senjata kimia, penggunaannya terhadap manusia dilarang berdasarkan hukum internasional.

Ukraina dan Rusia Lanjutkan Pembicaraan Damai, AS Cegah Tiongkok Bantu Rusia
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:02:42 0:00

Dalam video yang dirilis Senin dini hari waktu setempat, Presiden Zelenskyy mengulangi permohonan kepada NATO agar menerapkan zona larangan terbang di wilayah negaranya. Ia memprediksi jika ini tidak dilakukan, “maka hanya masalah waktu sebelum roket-roket Rusia jatuh di teritori Anda, di teritori NATO.”

Sementara itu, Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan dan pejabat-pejabat dari Dewan Keamanan Nasional dan Departemen Luar Negeri AS, Senin bertemu di Roma dengan Yang Jiechi, direktur Komisi Luar Negeri China.

Laporan media muncul hari Minggu bahwa Moskow telah meminta bantuan militer dan ekonomi dari China untuk perang Rusia di Ukraina.

Sullivan terang-terangan memperingatkan China untuk tidak membantu Rusia menghindar dari sanksi global yang telah memukul ekonomi Rusia.

Sebelumnya, Gedung Putih memperingatkan China tentang "konsekuensi" yang parah jika negara itu membantu Rusia menghindar dari sanksi. [uh/ab/my]

XS
SM
MD
LG