Tautan-tautan Akses

Trump Ubah Tim Keamanan Nasional


Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih, Washington DC, 22 Maret 2018. (Foto: dok).
Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih, Washington DC, 22 Maret 2018. (Foto: dok).

Washington sedang mencermati perubahan yang dilakukan Presiden Donald Trump terhadap tim keamanan nasionalnya, yang memasukkan lebih banyak lagi orang-orang yang terang-terangan berhaluan keras terkait sikap Amerika di panggung dunia.

Wartawan VOA Michael Bowman melaporkan, beberapa hari setelah menominasikan direktur CIA Mike Pompeo sebagai menteri luar negeri yang baru, Trump menunjuk John Bolton, mantan diplomat pada era pemerintahan Bush yang dikenal sebagai pendukung kuat perang, sebagai penasihat keamanan nasionalnya. Berikut laporan selengkapnya.

Segera setelah diberhentikannya Rex Tillerson sebagai menteri luar negeri, Presiden Donald Trump mengumumkan John Bolton akan menggantikan Jenderal HR McMaster sebagai penasihat keamanan nasional, mulai bulan depan.

John Bolton, mantan duta besar Amerika untuk PBB, pernah mengatakan, “Cara paling pasti untuk menghindari konflik adalah memiliki kemampuan militer yang kuat. Sebagaimana yang pernah dikemukakan orang-orang Romawi kuno, Si vis pacem para bellum, jika ingin damai, bersiaplah untuk perang.”

Mantan Duta Besar AS untuk PBB John Bolton (kiri) di Oxon Hill, Maryland, 24 Februari 2017, dan Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, H.R. McMaster di Washington, 31 Juli 2017. (Foto: dok).
Mantan Duta Besar AS untuk PBB John Bolton (kiri) di Oxon Hill, Maryland, 24 Februari 2017, dan Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, H.R. McMaster di Washington, 31 Juli 2017. (Foto: dok).

Setelah menjadi komentator di televisi selama satu dekade, Bolton kembali berdinas di pemerintahan sebagai orang kepercayaan Trump dalam masalah keamanan nasional. Ia bertugas pada waktu persiapan untuk pertemuan puncak mengenai nuklir antara Amerika Serikat dan Korea Utara yang dilaporkan sedang berlangsung.

John Bolton dalam acara di stasiun televisi Fox News mengatakan, “Pertanyaannya: Bagaimana kita tahu bahwa rezim Korea Utara berbohong? Jawabannya: Bibir mereka bergerak-gerak.”

Baca juga: Trump Ganti Penasihat Keamanan McMaster dengan John Bolton

Stephen Hadley, mantan penasihat keamanan nasional dalam acara ABC This Week, mengatakan, “Saya pikir retorika yang dikemukakan John Bolton agak sedikit ekstrim menurut takaran saya.”

Stephen Hadley menjadi penasihat keamanan nasional semasa pemerintahan George W Bush. Hadley mengatakan presiden Trump sendiri telah menunjukkan bahwa kata-kata yang keras juga bisa menguntungkan.

Dalam acara televisi ABC This Week, Hadley menambahkan, “Kita harus melihat pentingnya hal ini dan memuji pemerintahan Trump, bahwa meskipun mereka dikritik karena terlalu banyak mengeluarkan ancaman terkait Korea, tindakan tersebut berhasil menarik perhatian China. China mendukung sanksi-sanksi keras terhadap pemimpin Korea Utara, dan ini mendapat perhatian pemimpin Korea Utara, yang sekarang menyatakan bersedia berbicara dengan Presiden Trump. Mereka bersedia membicarakan denuklirisasi.”

Trump Ubah Tim Keamanan Nasional
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:06 0:00

Sebagian kalangan mencatat bahwa pandangan Bolton sejalan dengan pernyataan Trump mengenai beberapa musuh utama.

Laksamana Mike Mullen, mantan ketua gabungan kepala staf Amerika, menyatakan,“Saya khawatir, jika saya mempercayai retorika Bolton, di mana ia berbicara mengenai serangan preventif atau bahkan perang preventif di Korea Utara. Ia jelas-jelas menentang keras kesepakatan nuklir di Iran.”

Bulan depan, Senat akan mempertimbangkan pencalonan Mike Pompeo sebagai menteri luar negeri. Seperti halnya Bolton, Pompeo adalah pengkritik tajam perjanjian nuklir internasional dengan Iran. Dalam kampanye kepresidenannya, Trump telah berjanji akan menarik Amerika keluar dari perjanjian tersebut. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG