Tautan-tautan Akses

Trump Ingin Rusia Kembali ke Kelompok G7


President Donald Trump berpidato pada sebuah acara di Louisville, Ky., 21 Agustus 2019.
President Donald Trump berpidato pada sebuah acara di Louisville, Ky., 21 Agustus 2019.

Presiden Amerika Donald Trump, Rabu (21/8), mengatakan, ia ingin Rusia kembali dimasukkan ke dalam kelompok tujuh negara maju, walaupun Rusia masih menduduki Semenanjung Krimea.

Rusia dikeluarkan dari kelompok itu karena menganeksasi Krimea pada 2014. Trump tampaknya tidak peduli bahwa Rusia menganggap Krimea sebagai kawasannya, dan justru menyalahkan Presiden Barack Obama atas pencaplokan Krimea.

“Rusia mengambil alih Krimea dalam masa jabatan Obama, bukan dalam masa jabatan saya. Faktanya, Putin sama sekali mengalahkan Obama dalam masalah Krimea dan soal-soal lain. Putin menunjukkan ia lebih pandai dari Obama, dan karena itu Obama marah dan mengeluarkan Rusia dari kelompok G-8, yang sekarang menjadi G7,” kata Trump.

G7 mencakup Amerika, Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang dan Inggris. Dana Moneter Internasional menyebut ke-7 negara maju itu menguasai 58 persen kekayaan bersih dunia. China adalah negara yang perekonomiannya nomor dua setelah Amerika, tapi tidak termasuk dalam G7, sedangkan Rusia tercatat dalam ranking ke-12.

Gedung Putih mengatakan, Trump dan Presiden Perancis Emmanuel Macron sepakat bahwa Rusia harus diundang ke pertemuan G7 tahun 2020 yang akan diadakan di Amerika. Tapi Macron, Rabu, menentang kembalinya Rusia ke dalam kelompok itu tanpa penyelesaian masalah Krimea, disamping banyaknya korban warga Ukraina yang tewas dalam konflik dengan pemberontak yang didukung Rusia.

“Saya kira, mengundang Rusia kembali ke dalam kelompok itu hanya akan menunjukkan kelemahan G7, suatu kesalahan strategis, karena itu menunjukkan kita membenarkan tindakannya yang keliru itu.” Kata Macron, krisis di Ukraina harus diselesaikan sebelum Rusia bisa kembali ke dalam kelompok G7. [ii/pp]

XS
SM
MD
LG