Warga di dua desa di kawasan Jadar di Serbia Barat menyibukan diri mereka selama Minggu Suci, menjelang Paskah Ortodoks beberapa waktu lalu.
Mereka mengumpulkan sumbangan berupa lilin lebah dari warga setempat untuk menciptakan dua lilin khusus, yaitu “lilin petani” bagi biara setempat.
Radoslav Djuric, dari desa Korenita, memperlihatkan kuali berisi lilin yang sedang meleleh dan meletup-letup di atas api unggun.
"Kami telah melakukan hal ini selama bertahun-tahun, mempersiapkan sumbangan lilin lebah yang dibawa oleh warga desa dan sisa lilin bekas yang digunakan di biara, semuanya dilelehkan disini setelah dihancurkan terlebih dahulu," katanya.
Ritual yang dilakukan warga desa tersebut membutuhkan waktu selama beberapa hari. Merekamelelehkan lilin lebah yang sudah terkumpul dan mencetaknya menjadi dua lilin besar setinggi 1,5 meter dan seberat sekitar 50 kilogram. Lilin itu akan nantinya diberikan kepada biara Tronosa menjelang Paskah.
Secara tradisional, kebanyakan warga biasanya berpartisipasi dalam pembuatan lilin, namun tahun ini, seperti halnya tahun lalu, mereka hanya memilih sekelompok kecil orang untuk mengerjakan tradisi itu, untuk menghindari penyebaran virus corona yang tidak terkendali.
"Kami membuat lilin petani agar mendapat kesehatan yang baik, kemajuan desa ini. Orang-orang telah membuat lilin ini sejak zaman dahulu," kata Djuric.
Referensi pertama yang tertulis tentang tradisi unik ini didapati pada pertengahan abad ke-18, namun warga lokal menyakini, tradisi ini sudah berlangsung jauh setidaknya pada akhir Abad Pertengahan.
Ranko Nikolic dari desa Zajaca mengatakan, ia telah berpartisipasi dalam ritual pembuatan lilin ini sejak remaja atau “sudah 53 tahun dalam kehidupannya.
"Mereka dinamakan lilin petani, karena mereka memberi perlindungan bagi panen kami dan kebun buah kami dari cuaca buruk dan hujan es. Di masa lalu, lilin itu dibuat di sekitar sumbu, dengan cara menuang lilin yang meleleh itu secara perlahan disekitar sumbu selama tiga hari," kata Ranco.
Namun seiring waktu, prosedur itu telah dimodernisasi dan warga desa kini menggunakan cetakan lilin khusus.
"Ini adalah masa modern, mencetak lilin kini hanya membutuhkan waktu sekitar beberapa jam," kata Nikolic.
Walau metode pembuatan lilin telah berkembang dari waktu ke waktu, namun pengiriman lilin ke biara gereja tetap menggunakan naskah yang sudah ada sejak lama.
Pada Kamis Putih, yang memperingati Perjamuan Terakhir dan saat Yesus membasuh kaki murid-muridnya, ada dua prosesi yang dilakukan.
Orang-orang terkuat di desa itu akan membawa lilin besar tersebut melewati ladang dan hutan ke biara Tronosa.
Dua prosesi itu bertemu dan bergabung di dekat Tronosa dan secara bersama-sama, mereka akan mengiringi pembawa lilin tersebut ke biara gereja.
Lilin itu kemudian diberkati oleh pastor, dibawa masuk ke dalam gereja dan diletakkan di sebelah altar yang digunakan untuk semua doa liturgi hingga Paskah tahun depan.
Sisa lilin yang telah digunakan selama 12 bulan itu akan diambil oleh warga untuk digunakan dalam pembuatan lilin petani berikutnya.
Tahun ini dan tahun lalu, untuk melindungi dari pencegahan virus corona yang menyebar tidak terkendali di komunitas desa tersebut, pihak gereja menyarankan agar lilin-lilin itu dibawa ke biara hanya oleh sekelompok kecil warga.
Namun tetap saja sekitar 200 orang ikut berpartisipasi dalam prosesi itu dan berkumpul di halam gereja untuk menyaksikan lilin-lilin itu diberkati dan dibawa ke altar.
Tidak ada catatan sejarah yang tepat untuk memastikan asal mula biara tersebut, namun banyak yang menyakini biara tersebut dibangun pada tahun 1317 oleh Raja Serbia dari abad pertengahan.
Selama hampir 500 tahun pemerintahan Ottoman yang memerintah hingga kini di Serbia, yang dimulai pada tahun 1459, struktur asli bangunan itu berulang kali dijarah dan dihancurkan. Bangunan itu dibangun kembali di atas fondasi yang lama pada tahun 1834 menjadi bentuk bangunan yang sekarang. [lj/uh]