Tautan-tautan Akses

Tiga Pastur Bayar Utang Makan Siang Sekolah di Dua Kabupaten


Menu makan siang di SD J.F.K di Kingston, New York, 25 Januari 2017. (Foto: AP)
Menu makan siang di SD J.F.K di Kingston, New York, 25 Januari 2017. (Foto: AP)

Hari-hari menggembirakan tampaknya tiba lebih awal bagi sejumlah keluarga di Virginia yang berjuang keras untuk membayar utang makan siang di sekolah.

Tiga pastur di Virginia menggunakan anggaran gereja mereka senilai lebih dari AS$17.000 – atau sekitar Rp 237 juta – untuk melunasi utang makan siang para siswa di dua kabupaten.

“Sepertinya ide yang bagus, tetapi kami tidak tahu apakah sebenarnya ada kebutuhan karena tidak ada satu orang pun yang pernah membicarakannya,” ujar pastur Jerry Williams di Gereja Baptis Mount Ararat. “Jadi kami menelepon dinas pendidikan, dan wow..ternyata memang ada kebutuhan di sana.”

Pastur Jerry Williams, Brian Bennett dan Andrew Segre memberikan AS$10.500 kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Stafford dan hampir AS$7.000 lainnya kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Spotsylvania, yang menurut laporan sejumlah media, menghapus utang di dua distrik itu.

Keana Butler, kepala sekolah di SD Park Ridge di Stafford, mengatakan ia skeptis ketika ketiga pastur itu mengirim email tentang utang makan siang siswa di sekolah. Ia mengatakan biasanya persaturan orang tua, guru dan murid, serta anggota staf sekolah yang melunasi utang itu.

Sekitar 75 persen dinas pendidikan di kabupaten-kabupaten di seluruh Amerika dilaporkan memiliki utang makan siang siswa, di mana rata-rata setiap sekolah berhutang sekitar AS$ 2.500, demikian menurut surat kabar Washington Post mengutip Asosiasi Gizi Sekolah Amerika. Jumlah rata-rata uang yang belum dibayar meningkat sebesar 70 persen sejak tahun ajaran 2012-2013.

Washington Post melaporkan siswa-siswa di Washington DC, Maryland dan Virginia berutang makan siang sekolah hingga hampir AS$ 500 ribu. Ditambahkan, meskipun ada Program Makan Siang di sekolah yang memungkinkan sejumlah siswa mendapatkan makan siang gratis atau dengan harga yang lebih murah, banyak keluarga yang tidak bisa mendapat jatah program ini. Hal itu terjadi karena merekadinilai tidak memenuhi syarat untuk mendapat bantuan federal itu. Akibatnya,mereka masih harus berjuang untuk membayar sarapan dan makan siang di sekolah, lima hari dalam satu pekan.

Pastur Williams mengatakan baik dirinya, maupun ketiga pastur lain menyadari angka statistik utang makan siang di sekolah itu. Oleh karena itu mereka berniat melunasi kembali utang-utang itu. Ia mengatakan ia berharap tindakan mereka akan meningkatkan kesadaran akan besarnya utang makan siang di sekolah.

“Ini bukan soal gereja,” ujarnya. “Membantu anak-anak dan keluarga merupakan hal yang dapat dilakukan setiap orang.” [em/pp]

XS
SM
MD
LG