Tautan-tautan Akses

Tak Semua Perempuan Mau Gunakan Gel yang Cegah Penularan HIV


Meski mikrobisida mampu memberdayakan perempuan untuk melindungi diri dari HIV/AIDS, tidak semua perempuan mau menggunakannya (foto: dok.).
Meski mikrobisida mampu memberdayakan perempuan untuk melindungi diri dari HIV/AIDS, tidak semua perempuan mau menggunakannya (foto: dok.).

Walaupun gel mikrobisida terbukti mampu memblokir HIV, tidak berarti perempuan akan menggunakannya.

Tahun 2009 para peneliti menyelesaikan penelitian yang menunjukkan gel mikrobisida mampu melindungi perempuan dari penularan HIV. Gel itu, dikenal sebagai CAPRISA 004, hampir 40 persen ampuh mengurangi risiko penularan ketika berhubungan seks. Temuan menggembirakan itu mengarahkan penelitian lanjutan. Tetapi, walaupun mikrobisida mampu memblokir HIV, tidak berarti perempuan akan menggunakannya.

Pejabat-pejabat tinggi kesehatan menyebut penelitian CAPRISA 004 itu bersejarah. Menurut mereka itu menunjukkan mikrobisida mampu memberdayakan perempuan untuk melindungi diri dari HIV/AIDS. Itu bisa mereka gunakan tanpa meminta izin laki-laki. Tetapi apakah perempuan akan menggunakannya sebelum diadakan uji klinis?

Itulah yang sedang diselidiki dalam penelitian yang didanai Amerika, disebut proyek LINK. Dr. Kathleen Morrow, kepala penelitian pada Rumah Sakit Miriam di Providence, Rhode Island, mengatakan, "Setahu saya, ini adalah penelitian pertama yang mengaitkan karakteristik fisik, kimia, dan rheologi serta kinerja gel dengan pengalaman pengguna produk tersebut yang sebenarnya."

Morrow adalah staf psikolog pada Rumah Sakit Miriam dan asisten guru besar psikiatri dan perilaku manusia di Fakultas Kedokteran Warren Alpert pada Universitas Brown. Morrow dan timnya tidak mempelajari apakah mikrobisida benar-benar ampuh. Sebaliknya, mereka ingin tahu bagaimana perempuan bereaksi terhadap gel itu sendiri.

"Jika rekan-rekan di bagian uji coba klinis, yang mengembangkan bahan-bahan anti-HIV itu ke dalam gel itu dan, jika mereka melakukannya dengan baik, hasilnya baru tampak kalau orang menggunakannya. Jadi, kalau orang tidak menggunakannya, gel itu tidak akan laku dan tidak akan berdampak pada pandemi HIV,” paparnya.

Para peneliti itu mengembangkan empat gel vagina. Tidak satu pun mengandung obat antiretroviral, tetapi masing-masing memberi pengalaman indera berbeda ketika digunakan. Sekitar 200 perempuan mencoba gel-gel itu dan memberitahu peneliti apa yang mereka sukai atau tidak sukai tentang gel-gel itu. Mereka juga mengatakan apakah akan menggunakan gel tertentu lagi.

"Mikrobisida dalam konteks hubungan seksual untuk mencegah penyakit HIV mengharuskan manusia berperilaku tertentu, mengharuskan mereka menggunakan produk itu secara konsisten dan benar. Menurut saya, itu hanya akan terjadi jika pengalaman menggunakan produk sesuai dengan gaya kehidupan mereka," paparnya lagi.

Pendapat para peserta penelitian kini sedang dianalisis. Data itu akan membantu menentukan formulasi mikrobisida terbaik yang memblokir HIV dan sekaligus memenuhi kebutuhan dan pilihan perempuan.

Penelitian proyek LINK itu didanai Institut Kesehatan Nasional sebagai bagian dari program inovasi mikrobisida.
XS
SM
MD
LG