Demonstrasi di ibu kota Eritrea, Asmara, diwarnai kekerasan dengan laporan-laporan mengenai tembakan.
Kedutaan Besar Amerika melaporkan demonstrasi dan tembakan, meski sumber tembakan tidak diketahui. Beberapa video yang dipasang di Facebook dan Twitter serta diunggah ke YouTube menunjukkan demonstran melarikan diri di jalan-jalan di pusat kota Asmara dan suara tembakan terdengar.
Laporan yang belum diverifikasi menyatakan demonstrasi tersebut dimulai di lingkungan Akriya yang didominasi Muslim. Sekolah Islam Diaa di Asmara, diperintahkan untuk mengubah kurikulumnya oleh pemerintah. Menurut laporan Awate.com, sebuah situs berita Eritrea yang menentang pemerintah dan kebijakannya, dewan sekolah - termasuk seorang anggota dewan yang sudah tua, Hajji Muasa Mohamed Nur - menolak dan beberapa orang ditangkap. Penangkapan tersebut mendorong siswa dan orang yang bersimpati turun ke jalan untuk berdemonstrasi.
Menurut Radio Erena, sebuah stasiun radio yang dikelola diaspora jurnalis Eritrea di Paris, lebih dari 100 siswa dari sekolah tersebut melakukan demonstrasi tanggal 31 Oktober menyusul perintah untuk menutup sekolah tersebut dari pemerintah. Radio Erena melaporkan dalam waktu satu jam, pasukan pemerintah yang bersenjatakan tongkat dan senjata api membubarkan kerumunan.
Menteri Informasi Eritrea Yemane Gebremeskel lewat Twitter tidak membesar-besarkan demonstrasi tersebut, menyebutnya sebagai "demonstrasi kecil-kecilan oleh satu sekolah di Asmara yang bubar, tanpa ada korban, dan bukan berita besar. [my]