Tautan-tautan Akses

Perusahaan Media Sosial Dituntut Lebih Ketat Awasi Konten


Perusahan-perusahaan media sosial mulai mengambil tindakan pencegahan untuk menghilangkan konten menyesatkan yang diunggah oleh para penggunanya, dengan harapan bisa menghindari peraturan pemerintah yang lebih ketat.
Perusahan-perusahaan media sosial mulai mengambil tindakan pencegahan untuk menghilangkan konten menyesatkan yang diunggah oleh para penggunanya, dengan harapan bisa menghindari peraturan pemerintah yang lebih ketat.

Perusahaan-perusahaan media sosial seperti Twitter, YouTube dan Facebook tidak bertanggung jawab secara hukum atas konten yang diunggah oleh pengguna situs mereka. Perlindungan hukum itu telah menjadi kunci untuk pertumbuhan eksplosif perusahaan-perusahaan tersebut, tetapi ada konsensus yang berkembang bahwa perusahaan harus berbuat lebih banyak untuk menghilangkan konten yang menyesatkan.

Kini perusahan-perusahaan media sosial mulai mengambil tindakan pencegahan untuk menghilangkan konten menyesatkan yang diunggah oleh para penggunanya, dengan harapan untuk menghindari peraturan pemerintah yang lebih ketat. Misalnya, Facebook telah berkolaborasi dengan pengecek fakta untuk mengeluarkan konten yang tidak pantas. Twitter juga telah menarget apa yang disebut bot, yakni akun otomatis yang menyebarkan kebohongan. Sementara itu, YouTube sedang berusaha mengubah algoritmanya untuk mempersulit upaya menemukan video yang bermasalah.

Perusahaan Sosial Media Dituntut Awasi Konten
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:18 0:00

Namun, ada sementara pihak yang mengatakan bahwa semua upaya itu tidak cukup, termasuk Sylvia Garcia dari Komite Kehakiman Kongres Amerika. Dalam dengar pendapat dengan Neil Potts, Direktur Kebijakan Publik Facebook, dia bertanya, "Apa yang telah Anda lakukan untuk memastikan bahwa secara global semua orang bisa mengenali peringatan, mengetahui kata-kata kunci, frasa, hal-hal yang ditanggapi orang, sehingga kita dapat lebih responsif dan proaktif dalam memblokir konten dengan indikasi semua itu?"

Neil Potts, Direktur Kebijakan Publik Facebook, memberikan jawabnya, "Kami sekarang mempekerjakan 30.000 orang yang berfokus pada keselamatan dan keamanan. Di antara 30.000 orangitu, ada pakar materi khusus yang memfokuskan perhatian pada bidang itu. Kami mempekerjakan akademisi, dan orang-orang dari masyarakat sipil dan dengan latar belakang hak asasi manusia yang benar-benar terjun dan menangani bidang itu. Kami memang menggunakan banyak otomatisasi dan kecerdasan buatan untuk membantu memunculkan, dan melakukan analisis data."

Atas pernyataan dari Facebook tersebut, anggota Kongres Sylvia Garcia mengatakan, “Ya, saya harap Anda berbuat lebih banyak.”

Sementara itu, Sam Wineburg dari Universitas Stanford menjelaskan, “Kini terjadi banyak alih daya, sehingga dengan kata lain, kita bisa cuci tangan dari masalah, daripada mengatakan, ‘Ini adalah kekacauan yang telah kami buat dan kami akan mencurahkan sumber daya yang akan menurunkan laba bagi pemegang saham karena akan membutuhkan investasi lebih besar di perusahaan. Tetapi pada umumnya, pada skala yang besar, itu bukan yang terjadi.’”

Untuk saat ini, para pengecek fakta yang terdiri dari manusia yang sebenarnya menggunakan teknologi untuk memantau situs dan menandai konten yang tidak pantas.

Upaya keras mengurangi konten yang tidak pantas dan menghambat penyebaran informasi yang salah itu, akan memperlambat pertumbuhan Facebook. Namun, menjadi lebih bertanggung jawab memang bisa berarti menghasilkan lebih sedikit keuntungan. [lt]

XS
SM
MD
LG