Tautan-tautan Akses

Tawaran Kerja Berkurang untuk Pria Mirip Obama


Presiden AS Barack Obama, kanan, dan pria Indonesia yang mirip dengannya, fotografer Ilham Anas. (Foto: Dok)
Presiden AS Barack Obama, kanan, dan pria Indonesia yang mirip dengannya, fotografer Ilham Anas. (Foto: Dok)

Tawaran kerja untuk pria mirip Obama, dan kegilaan orang Indonesia terhadap presiden AS itu telah berkurang, namun dukungan masih besar.

Ilham Anas mengakui tawaran kerja padanya berkurang empat tahun sejak ia menjadi terkenal karena meniru Presiden Amerika Barack Obama.

Dengan senyum lebar dan telinga yang menonjol, kemiripan fisik fotografer pemalu tersebut dengan Obama mengubahnya seketika menjadi sensasi di negara ini. Namun di saat Amerika akan memutuskan apakah masa jabatan Obama diperpanjang atau tidak pada Selasa (6/11), tawaran untuk tampil di acara televisi atau film telah sangat berkurang.

“Saya masih mendapat tawaran pekerjaan, namun tentunya tidak seperti sebelumnya. Dulu, semua mata di dunia ada pada Obama,” ujar Ilham, 38. Ia menambahkan hal tersebut membuatnya harus melakukan banyak pekerjaan fotografi.

Namun Anas, yang kemudian mendirikan agensi orang-orang yang memiliki kemiripan dengan tokoh, masih loyal pada Obama.

“Jika ia menang, tawaran kerja akan mengalir lagi pada saya, jadi tentu saja ia memiliki suara saya,” ujarnya sambil tertawa.

Dibandingkan dengan 2008, obsesi penduduk Indonesia pada Obama, yang tinggal selama empat tahun di Jakarta pada 1967, sudah berkurang.

“Waktu itu suatu hal yang baru, bagaimana seorang bocah dari Menteng, yang pernah tinggal di sana, dapat mencapai impian Amerika menjadi presiden,” ujar ketua Democrats Abroad Indonesia Arian Ardie.

"Saya lihat ketertarikannya sekarang hangat-hangat kuku, tidak sepanas dulu.”

Penjual makanan yang menamakan menu terbaik dan sambalnya dengan nama Obama sekarang menggunakan nama generik lagi, sementara sebuah bar yang didedikasikan untuk para penggemar Obama di ibukota telah berkurang pengunjungnya.

Bahkan bekas pengasuh Obama, seorang transgender bernama Turdi, yang hidup dalam kemiskinan dan mencuri perhatian media internasional awal tahun ini, mengatakan bahwa tidak ada lagi yang tertarik pada kisahnya.

“Waktu itu semua jurnalis dari seluruh dunia mendatangi saya. Dari Amerika, Perancis, Australia, Inggris. Mereka memberi saya sedikit uang,” ujar Turdi, 67.

“Tapi sekarang tidak ada lagi yang datang.”

Permintaan Turdi untuk berhubungan lagi dengan Obama tidak ada yang mendengarkan.

Namun meski euforia terhadap kemenangan Obama pada 2008 sudah berkurang, sebuah survei baru-baru ini menyebutkan bahwa dukungan terhadap Obama di Indonesia masih kuat.

Survei BBC yang diluncurkan minggu lalu menunjukkan bahwa jika Obama maju menjadi presiden di Indonesia, ia akan memenangkan 59 persen suara, dibandingkan 3 persen untuk Mitt Romney, saingannya.

Hasil tersebut merefleksikan pola global. Survei yang dilakukan oleh GlobeScan/PIPA pada 21.797 responden di 21 negara, menunjukkan bahwa 50 persen mendukung Obama, sementara 9 persen mendukung Romney.

Warga Indonesia seperti Nilam Mira Lentika, mahasiswa Hubungan Internasional berusia 20 tahun, memuji upaya Obama untuk menjangkau umat Islam dan langkahnya di Asia.

"Saya kira Obama telah mencoba untuk melibatkan Muslim, termasuk di Indonesia, dan mengirim pesan pada dunia bahwa dialog dapat dilakukan di wilayah ini,” ujarnya. (AFP)

XS
SM
MD
LG