Tautan-tautan Akses

Taliban Batasi Perempuan Afghanistan dalam Melakukan Perjalanan


Anggota pasukan Taliban berusaha mengontrol para perempuan yang yang melakukan protes, meminta kesetaraan hak, di jalanan Kota Kabul pada 16 Desember 2021. (Foto: AFP/Wakil Kohsar)
Anggota pasukan Taliban berusaha mengontrol para perempuan yang yang melakukan protes, meminta kesetaraan hak, di jalanan Kota Kabul pada 16 Desember 2021. (Foto: AFP/Wakil Kohsar)

Penguasa Taliban di Afghanistan pada Minggu (26/12) mengeluarkan pembatasan perjalanan baru bagi kaum perempuan, langkah yang langsung dikecam oleh pihak Amerika Serikat (AS).

Kementerian Urusan Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan melarang perempuan melakukan perjalanan lebih jauh dari 72 kilometer kecuali didampingi oleh seorang mahram. Kementerian itu juga mengimbau supir taksi untuk memberi tumpangan hanya kepada perempuan yang mengenakan jilbab.

Juru bicara kementerian itu Sadiq Akif Mahajer membela pembatasan itu. Ia mengatakan kepada VOA bahwa aturan itu sejalan dengan Syariah atau Hukum Islam.

Peraturan itu juga mewajibkan para supir yang semuanya laki-laki dalam sektor transportasi Afghanistan untuk menumbuhkan janggut, melakukan istirahat untuk sholat dan tidak memainkan musik dalam kendaraan.

Pembatasan terbaru itu diberlakukan beberapa minggu setelah Taliban meminta saluran-saluran TV Afghanistan untuk berhenti memperlihatkan drama dan sinetron yang menampilkan aktris perempuan, dan mewajibkan pembawa acara berita perempuan untuk mengenakan jilbab.

Taliban merebut kekuasaan pada Agustus ketika pemerintahan yang didukung Barat di Kabul dan pasukan keamanan Afghanistan kolaps pada tahap akhir penarikan pasukan internasional yang dipimpin AS dari negara itu.

Namun, masyarakat global belum mengakui pemerintah Taliban dan menolak berdialog secara langsung dengan kelompok garis keras itu, karena isu HAM, terutama perempuan, dan kekhawatiran akan terorisme.

“Salah satu isu utama kami terkait pembicaraan apapun dengan Taliban adalah, yang merupakan persyaratan utama, status dan perlakuan perempuan dan anak-anak perempuan, termasuk akses (mereka) terhadap pendidikan," kata Wakil Presiden AS Kamala Harris kepada CBS News dalam wawancara yang disiarkan pada Minggu (26/12).

Taliban telah melarang sebagian besar perempuan Afghanistan kembali bekerja dan anak-anak perempuan untuk bersekolah kembali di banyak provinsi di negara tersebut, meski pernah berjanji akan memerintah dengan lebih moderat dibandingkan rezim mereka yang keras pada 1996 hingga 2001. [vm/rs]

XS
SM
MD
LG