Tautan-tautan Akses

Takut Serangan Militer, Warga Ethiopia Tinggalkan Ibu Kota Tigray


Pria Ethiopia yang melarikan diri dari perang di wilayah Tigray,berjalan di kamp Um-Rakoba, di perbatasan Sudan-Ethiopia di negara bagian Al-Qadarif, Sudan 19 November 2020. (Foto: REUTERS/Mohamed Nureldin Abdallah)
Pria Ethiopia yang melarikan diri dari perang di wilayah Tigray,berjalan di kamp Um-Rakoba, di perbatasan Sudan-Ethiopia di negara bagian Al-Qadarif, Sudan 19 November 2020. (Foto: REUTERS/Mohamed Nureldin Abdallah)

Takut akan serangan yang menjelang, orang-orang melarikan diri dari Mekele, ibu kota kawasan Tigray di Ethiopia, di mana PM Abiy Ahmed memerintahkan “tahap akhir” ofensif militer terhadap pasukan lokal.

Pemerintah telah memperingatkan “tidak ada ampun” kepada setengah juta penduduk kota itu apabila mereka tidak menjauhkan diri dari para pemimpin Tigray tepat pada waktunya.

Abiy, Kamis (26/11), memperingatkan warga Mekele untuk melucuti senjata dan tinggal di dalam rumah sementara unit-unit militer diperintahkan memasuki kota itu. Namun, pemerintah Ethiopia telah menyatakan akan melindungi warga sipil.

“Gerbang damai terakhir yang tetap buka untuk dilalui klik TPLF kini telah ditutup rapat sebagai akibat penghinaan TPLF terhadap rakyat Ethiopia,” kata Abiy dalam suatu pernyataan. TPLF adalah singkatan dari Front Pembebasan Rakyat Tigray.

Sebelumnya pekan ini, Abiy memberi TPLF waktu 72 jam untuk menyerah atau menghadapi ofensif militer terhadap ibu kota negara bagian itu, Mekele.

Pada saat bersamaan, persediaan makanan dan berbagai barang lainnya menipis bagi enam juta warga Tigray. PBB telah menyerukan akses langsung untuk bantuan kemanusiaan yang netral dan tidak berpihak.

Pemerintah Abiy pernah menyatakan suatu “jalur akses kemanusiaan” akan tersedia, dikelola oleh Kementerian Perdamaian Ethiopia.

Militer Ethiopia telah bertempur melawan pasukan lokal di Tigray sejak 4 November, sewaktu Abiy mengirim pasukan pertahanan nasional ke kawasan itu, setelah menuduh pasukan lokal menyerang sebuah pangkalan militer di sana.

Ratusan orang telah tewas dan lebih dari 40 ribu lainnya melarikan diri ke negara tetangga, Sudan. Mereka mengungkapkan berbagai kisah kekerasan yang mengerikan.

Konflik ini menimbulkan keprihatinan di kalangan organisasi HAM dan PBB, yang telah mendesak Abiy agar mencari solusi diplomatik bagi masalah tersebut, mengingatkan bahaya yang dihadapi warga sipil yang sudah menjadi korban ekonomi yang lemah dan pandemi virus corona.

Namun, Abiy sejauh ini telah menolak semua seruan untuk berdialog dengan para pemimpin Tigray. [uh/ab]

Recommended

XS
SM
MD
LG