Tautan-tautan Akses

Swedia Hadapi Defisit Sperma Selama Pandemi COVID-19


Ilustrasi foto Cryos, bank sperma terbesar di dunia, diambil pada 15 Desember 2016, di Aarhus. Swedia menghadapi kekurangan sperma akut yang digunakan untuk membantu program kehamilan selama pandemi. (Foto: AFP/Henning Bagger)
Ilustrasi foto Cryos, bank sperma terbesar di dunia, diambil pada 15 Desember 2016, di Aarhus. Swedia menghadapi kekurangan sperma akut yang digunakan untuk membantu program kehamilan selama pandemi. (Foto: AFP/Henning Bagger)

Swedia menghadapi kekurangan sperma akut yang digunakan untuk membantu program kehamilan karena pandemi virus corona membuat calon donor enggan mendatangi rumah sakit.

Defisit sperma tersebut menghentikan program inseminasi di sebagian besar sistem perawatan kesehatan dan memperpanjang waktu tunggu hingga bertahun-tahun di negara itu.

“Kami kehabisan sperma. Kami tidak pernah memiliki donor yang begitu sedikit seperti tahun lalu,” kata Ann Thurin Kjellberg, kepala unit reproduksi di Rumah Sakit Universitas Gothenburg.

Dokter yang mengetahui masalah tersebut mengatakan kepada Reuters bahwa kekurangan pasokan sperma itu mengakibatkan waktu tunggu untuk melaksanakan program kehamilan melonjak, dari sekitar enam bulan menjadi sekitar 30 bulan pada tahun lalu. Dan kini mungkin akan lebih lama.

“Sangat stres karena kami tidak bisa mendapatkan waktu atau tanggal yang jelas untuk perawatan,” kata Elin Bergsten, seorang guru matematika berusia 28 tahun dari Swedia selatan.

Dua tahun lalu, Bergsten dan suaminya mengetahui bahwa dia tidak dapat memproduksi sperma sehingga pasangan tersebut segera mengajukan permohonan program kehamilan. Dia akan menjalani siklus kedua inseminasi sebelum perawatannya ditunda tanpa batas waktu karena kekurangan pasokan.

“Ini adalah fenomena nasional,” kata Thurin Kjellberg. "Kami kehabisan (sperma) di Gothenburg dan Malmo, pasokan (sperma) akan segera habis di Stockholm," tambahnya, menyebut tiga wilayah terpadat di negara itu.

Selain penyedia layanan kesehatan publik, ada juga klinik swasta di Swedia yang mampu mengatasi kekurangan dengan membeli sperma dari luar negeri.

Namun, program hamil dengan bantuan seringkali menghabiskan biaya hingga sebesar 100 ribu krona Swedia atau sekitar Rp170,9 juta, sehingga tidak terjangkau bagi banyak orang. Layanan kesehatan nasional Swedia menggratiskan program kehamilan dengan bantuan.

Menurut Masyarakat Eropa untuk Reproduksi dan Embriologi Manusia, negara-negara Nordik dan Belgia memiliki tingkat konsepsi dengan bantuan tertinggi di dunia, dalam hal ketersediaan siklus per juta populasi.

Berdasarkan hukum Swedia, sampel sperma hanya dapat digunakan oleh maksimal enam perempuan. Sebagian besar sperma yang disumbangkan di Swedia telah mencapai kapasitas legal ini, yang berarti bahwa di banyak wilayah, kehamilan dengan bantuan hanya tersedia untuk perempuan yang pernah menggunakan sampel sperma tertentu sebelumnya.

Margareta Kitlinski, yang menjalankan unit reproduksi di Rumah Sakit Universitas Skane, klinik terbesar di Swedia, mengatakan dibutuhkan sekitar delapan bulan untuk memproses donor karena melibatkan banyak tes . Selain itu banyak sampel yang gagal untuk didonasikan karena terkait masalah pembekuan.

“Jika ada 50 orang yang menghubungi Anda, paling banyak hanya setengah dari mereka yang bisa menjadi donor,” kata Kitlinski.

Beberapa wilayah Swedia telah menggunakan media sosial untuk mendorong calon pendonor pria, tetapi dengan hasil yang berbeda-beda. Sementara itu, kekurangannya masih ada. [ah/au/ft]

XS
SM
MD
LG