Tautan-tautan Akses

Susul McDonald's, Starbucks akan Sepenuhnya Tinggalkan Rusia


Salah satu kedai kopi "Starbucks" di Moskow, Rusia (foto: dok).
Salah satu kedai kopi "Starbucks" di Moskow, Rusia (foto: dok).

Starbucks mengatakan hari Senin, akan menghentikan bisnisnya di Rusia dengan menutup 130 kedai kopinya di negara itu setelah invasi ke Ukraina.

Langkah itu dilakukan seminggu setelah bisnis waralaba AS lainnya, McDonald's, juga meninggalkan Rusia. Ini merupakan bagian dari gelombang perusahaan-perusahaan Barat memboikot negara itu setelah serangannya ke Ukraina.

"Starbucks memutuskan untuk keluar dan tidak lagi hadir di pasar Rusia," kata perusahaan itu.

"Kami akan terus membantu hampir 2.000 mitra kami yang bercelemek hijau (para pegawai kedai kopi Starbucks, red.) di Rusia, termasuk membayar gaji mereka selama enam bulan dan bantuan bagi para pegawainya untuk beralih ke peluang baru untuk bekerja di luar Starbucks."

Waralaba kopi itu menghentikan bisnisnya pada awal Maret setelah Rusia mengirim pasukannya melintasi perbatasan Ukraina pada akhir Februari.

Mantan kepala eksekutif Kevin Johnson ketika itu mengutuk "serangan Rusia yang tidak beralasan, tidak adil dan mengerikan terhadap Ukraina."

Starbucks memiliki bisnis yang relatif sederhana di Rusia dibandingkan dengan McDonald's yang mempunyai 850 restoran di sana dengan 62.000 pekerja.

McDonald's yang telah beroperasi di Rusia sejak tahun 1990 mengatakan, keluarnya rumah makan cepat saji dari Rusia itu menghabiskan biaya sebesar $1,2 hingga $1,4 miliar. Waralaba itu hari Kamis (19/5) lalu mengatakan, telah mencapai kesepakatan untuk menjual bisnisnya kepada investor Rusia Alexander Govor, pemegang lisensi McDonald's.

Salah satu restoran McDonald's di Moskow (foto: dok). McDonald's menjual bisnisnya kepada investor Rusia minggu lalu.
Salah satu restoran McDonald's di Moskow (foto: dok). McDonald's menjual bisnisnya kepada investor Rusia minggu lalu.

Pabrik mobil Prancis Renault juga meninggalkan Rusia pekan lalu, menyerahkan asetnya di negara itu kepada pemerintah Prancis.

Pengamat bisnis eceran, Neil Saunders dari GlobalData mengatakan, tindakan itu menunjukkan "bahwa Rusia akan menjadi negara yang dari segi komersial akan terkucilkan karena perusahaan dan bisnis-bisnis meninggalkan negara itu." Namun ia memperkirakan beberapa merek lain mungkin akan tetap bertahan.

Starbucks dibuka di Rusia tahun 2007, dengan bisnis yang dikelola oleh perusahaan lisensi yang berpusat di Kuwait. Pada Desember 2010, para eksekutif menyoroti Rusia sebagai pasar utama yang sedang berkembang untuk merek tersebut, bersama dengan China, Brazil, dan India.

Starbucks tidak mengungkapkan dampak keuangan akibat meninggalkan negara itu, tetapi Saunders mengatakan operasi terbatas perusahaan waralaba itu di Rusia berarti pukulan bagi ekonomi negara itu.

Saham Starbucks naik 0,8 persen menjadi $73,96 menjelang tengah hari Senin. [ps/jm]

Recommended

XS
SM
MD
LG