Tautan-tautan Akses

Survei BRIN: Rivalitas AS dan China Menguntungkan Indonesia


Seorang pedagang memajang dekorasi bunga di antara planet berbentuk China dan bendera Amerika yang dipajang di sebuah toko selama Karnaval Musim Semi di Beijing pada 13 Mei 2023. (Foto: AP/Andy Wong)
Seorang pedagang memajang dekorasi bunga di antara planet berbentuk China dan bendera Amerika yang dipajang di sebuah toko selama Karnaval Musim Semi di Beijing pada 13 Mei 2023. (Foto: AP/Andy Wong)

Survei terbaru Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menunjukkan dalam hal pertahanan keamanan, AS lebih berpengaruh pada Indonesia dibanding China. Sebaliknya, dalam bidang ekonomi, China justru memberi pengaruh lebih besar dibanding AS.

Kuatnya pertarungan dua negara adi daya untuk memperluas pengaruh mereka di dunia, ikut dirasakan Indonesia. Mengkaji hal ini lebih dalam, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan survei “Persepsi Elit Indonesia Mengenai Rivalitas China-AS di Indo Pasifik.” Riset yang dilakukan selama September 2022 hingga Juli 2023 ini melibatkan para pejabat pemerintahan dan akademisi sebagai responden.

Orang pemerintahan dimaksud adalah pejabat eselon I dan duta besar yang bertanggung jawab menyusun kebijakan mengenai isu Indo-Pasifik. Mereka berasal dari sepuluh kementerian dan lembaga. Sedangkan responden akademisi adalah pengajar di Hubungan Internasional dari beragam universitas.

Peneliti di Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Emilia Yustiningrum menjelaskan responden punya pendapat berimbang soal perebutan AS-China terhadap Indonesia. Namun dalam soal ekonomi dan pertahanan keamanan, responden memiliki pendapat berbeda.

Dalam soal pertahanan keamanan, AS lebih memberi pengaruh pada Indonesia dibanding China. Sebaliknya dalam soal ekonomi, China yang lebih berpengaruh pada Indonesia, dibanding AS. Padahal total perdagangan Indonesia-AS saat ini mencapai $47,5 miliar.

Pengaruh China ini terkait proyek kereta cepat, pertambangan dan pengolahan nikel, dan pembangunan ibu kota baru serta Prakarsa Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative/BRI).

"Para akademisi dan kementerian cukup paham, kedekatan dengan China itu sebagai sesuatu yang tidak dilihat mulus sebagai pencapaian tetapi sesuatu yang mesti diwaspadai. Kita tahu kok kalau itu pinjaman. Kita tahu ada konsesi, tetapi bagaimana pemerintah yang ada saat ini dan yang juga ke depan itu tetap berhati-hati memahami apa yang sudah dilakukan dengan China ini," kata Emilia.

Meski ada persaingan antara AS dan China, kerja sama dengan keduanya masih dianggap menguntungkan bagi Indonesia.

Presiden China Xi Jinping dan Presiden Joko Widodo berjabat tangan di sela-sela Forum Belt and Road di Beijing, China, 17 Oktober 2023. (Foto: via Reuters)
Presiden China Xi Jinping dan Presiden Joko Widodo berjabat tangan di sela-sela Forum Belt and Road di Beijing, China, 17 Oktober 2023. (Foto: via Reuters)

Survei itu juga menunjukkan para responden sepakat bahwa rivalitas AS-China mempermudah Indonesia menjalin kemitraan strategis dengan negara besar, dalam konteks kerja sama, tanpa harus menjadi anggota aliansi dari salah satu pihak.

Mereka juga sependapat ASEAN mengenai Indo Pasifik masih dibutuhkan untuk menghadapi rivalitas AS-China.

Kemlu: Indonesia Harus Jaga Posisi Agar Tak Terseret ke Salah Satu Pihak

Pada diskusi tersebut, Kepala Pusat Srategi Kebijakan Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri Vahd Nabyl Achmad Mulachela mengatakan dinamika rivalitas AS dan China di kawasan membuat Indonesia harus menjaga posisinya untuk tidak terseret ke salah satu pihak. Indonesia, tambahnya, berhubungan baik dengan AS dan China.

Indo Pasifik merupakan kawasan strategis karena terdapat negara-negara yang memiliki kekuatan militer yang besar, yang tidak semuanya stabil. Mulachela merujuk pada konflik Taiwan yang melibatkan AS dan China, dan konflik di Semenanjung Korea.

Penerimaan Konsep Kawasan Indo-Pasifik

Sementara Shofwan Al Banna Choiruzzad, dosen di Departemen Ilmu Hubungan Internasional FISIP UI, mengatakan salah satu hal menarik dari hasil survei BRIN tersebut adalah penerimaan konsep kawasan Indo-Pasifik, sesuatu yang masih dipertentangkan oleh aktor-aktornya.

Dia menyebutkan China menolak konsep Indo-Pasifik karena menganggap hal ini sebagai upaya untuk menahan pengaruh China di kawasan itu. Indonesia menggunakan terminologi Indo-pasifik tapi dengan substansi yang relatif berbeda dibanding AS.

AS menyatakan Indo-Pasifik adalah kawasan yang bebas dan terbuka, dan bahwa ASa dan Jepang memiliki batasan geografis berbeda. Indo-Pasifik versi AS adalah dari AS hingga India, dan sangat militeristik. Sedangkan konsep Indo-Pasifik versi Jepang adalah semua yang menghubungkan Asia dan Afrika,

"Kemudian yang kedua yang menarik, China dianggap lebih berpengaruh dalam aspek ekonomi. Sementara dalam aspek keamanan, pengaruh Amerika Serikat dan China dianggap relatif berimbang, meskipun Amerika Serikat sedikit lebih berpengaruh," ujar Shofwan.

Meski persaingan AS dan China mengkhawatirkan, lanjutnya, hasil survei BRIN menunjukkan rivalitas kedua negara itu dianggap sebagai sesuatu yang menguntungkan bagi kepentingan Indonesia. Konsep Indo Pasifik versi ASEAN adalah sebuah kawasan yang inklusif, stabil, dan damai. [fw/em]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG