Tautan-tautan Akses

Sumber Gempa Dekat Korea Utara Bukan Ledakan Nuklir


Warga menyaksikan siaran berita televisi melaporkan gempa di Korea Utara di Stasiun Kereta Seoul di Seoul, Korea Selatan, Sabtu, 23 September 2017.
Warga menyaksikan siaran berita televisi melaporkan gempa di Korea Utara di Stasiun Kereta Seoul di Seoul, Korea Selatan, Sabtu, 23 September 2017.

Gempa kecil yang melanda Korea Utara hari Sabtu (23/9) di dekat lokasi uji coba nuklir negara itu kemungkinan adalah gempa bumi dan bukan ledakan nuklir, menurut beberapa pakar.

Kepada kantor berita Reuters, juru bicara Badan Meteorologi Korea Selatan mengatakan gelombang akustik dari ledakan buatan manusia mungkin telah terdeteksi.

Badan Urusan Gempa China mengatakan gempa itu bukanlah ledakan nuklir setelah sebelumnya mengatakan bahwa gempa berkekuatan 3,3 pada skala Richter yang terdeteksi pada pukul 0829 GMT itu "diduga adalah ledakan".

Dalam pernyatannya melalui akun Twitter, Lassina Zerbo, ketua Organisasi Pelarangan Komprehensif Uji Coba Nuklir mengatakan gempa itu dan gempa yang jauh lebih kecil pada hari Sabtu pukul 0443 GMT adalah kejadian alami yang terkait uji nuklir terbaru Korea Utara pada 3 September.

David Wright pada Union of Concerned Scientists yang berbasis di Amerika setuju bahwa gempa terbaru itu tampaknya bukan disebabkan oleh ledakan nuklir baru.

Survei Geologi Amerika tidak bisa memastikan apakah aktivitas seismik Sabtu itu buatan manusia atau alami.

Aktivitas seismik hari Sabtu terjadi hanya beberapa jam sebelum Menteri Luar Negeri Korea Utara Ri Yong Ho dijadwalkan berpidato di Majelis Umum PBB di New York. Hari Kamis, Ri memperingatkan, Korea Utara mungkin mempertimbangkan uji bom hidrogen yang lebih besar di wilayah Pasifik.

Peringatan Ri semakin meningkatkan ketegangan di sekitar Semenanjung Korea sejak Korea Utara melakukan uji coba nuklir keenam, mendorong PBB menjatuhkan sanksi baru terhadap negara tersebut.

Setelah gempa hari Sabtu, pesawat-pesawat pembom Angkatan Udara Amerika mendampingi jet-jet tempur di wilayah udara internasional melintasi perairan timur Korea Utara. Pentagon mengatakan, patroli itu untuk menunjukkan berbagai pilihan militer yang dimiliki Trump sebagai tanggapan atas ancaman program nuklir Korea Utara. [ka]

Recommended

XS
SM
MD
LG