Tautan-tautan Akses

Studi: Kombinasi Terapi Dapat Merevolusi Perawatan Kanker


Ilmuwan memotong bagian DNA di bawah sinar ultraviolet dari gel agarose dalam penelitian untuk menentukan mutasi gen dalam darah penderita kanker di Singapura. (Foto: Dok)
Ilmuwan memotong bagian DNA di bawah sinar ultraviolet dari gel agarose dalam penelitian untuk menentukan mutasi gen dalam darah penderita kanker di Singapura. (Foto: Dok)

Para peneliti mengatakan terapi-terapi yang ditargetkan dan mirip dengan yang dipakai untuk pasien-pasien HIV dapat menyembuhkan kanker.

Salah satu dari para peneliti yang dua dekade lalu memunculkan ide untuk menggunakan campuran obat untuk merawat orang yang terinfeksi virus yang menyebabkan AIDS telah menyimpulkan bahwa terapi-terapi kombinasi dapat menyembuhkan kanker.

Martin Nowak, profesor matematika dan biologi dari Harvard University, yang juga direktur Program Dinamika Evolusioner, bersama dengan Ivana Bozic, mahasiswa program pasca-doktoral dalam matematika, menerbitkan penemuan mereka dalam eLife Journal pekan lalu.

Nowak termasuk di antara para peneliti yang menganalisis data mengenai seberapa cepat HIV bermutasi melawan obat tunggal, sebuah terobosan pada pertengahan 1990an yang memungkinkan para ilmuwan untuk mendorong virus tersebut ke tingkat-tingkat yang tidak terdeteksi pada pasien-pasien HIV dengan menggunakan sebuah kombinasi obat antiretroviral -- campuran obat yang dapat mengubah penyakit mematikan menjadi lebih mudah dikontrol.

"Perhitungan-perhitungan tersebut membuat komunitas medis dengan sangat cepat mengadopsi perawatan kombinasi tersebut," ujarnya. "Jadi dalam tingkat tertentu, saya ingin mencapai hal yang sama untuk komunitas kanker."

Saat ini banyak pasien kanker dirawat dengan terapi bertarget, obat-obatan yang dapat menghambat mutasi genetis spesifik yang meningkatkan pertumbuhan dan penyebaran tumor. Namun beberapa kanker seringkali kembali, menurut Nowak, karena mereka membangun resistensi terhadap suatu obat yang dilatih untuk menghadapi gen abnormal tunggal.

Resistensi terhadap lebih dari satu obat juga dapat terjadi, tambahnya, jika keduanya menarget mutasi genetis yang sama atau jika terapi-terapi yang berbeda digunakan berturutan, memberikan kanker waktu untuk membangun resistensi terhadap kedua obat tersebut.

Untuk mengatasi masalah ini, Nowak dan koleganya menciptakan sebuah model komputer, memasukkan data dari Pusat Kanker Memorial Sloan-Kettering di New York mengenai pasien-pasien yang meninggal karena melanoma, jenis kanker kulit yang mematikan.

Mereka juga menggunakan informasi mengenai pasien-pasien dari Pusat Medis John Hopkins di Maryland, memperkirakan respon pasien untuk terapi bermacam obat.

Hasil-hasilnya menunjukkan bahwa pasien-pasien virtual, dengan beragam kanker, dapat berpotensi menyembuhkan dengan menggunakan dua obat yang menyasar mutasi genetis yang berbeda secara simultan.

Hal itu membuat Nowak berharap akan masa depan perawatan kanker dan hasilnya.

"Saya yakin dalam beberapa tahun kita akan mendapat banyak kisah keberhasilan ketika hal ini akan secara perlahan mengarah pada situasi dimana sebagian besar kanker akan dapat dikendalikan sama halnya dengan infeksi bakteri yang dirawat dengan antibiotik," ujarnya.

Sejumlah perusahaan farmasi di seluruh dunia secara aktif mengejar terapi-terapi kombinasi yang diharapkan Nowak dapat merevolusi perawatan kanker sama halnya dengan bagaimana obat antiretroviral menjinakkan HIV.
XS
SM
MD
LG