Tautan-tautan Akses

Skenario yang Berkembang dalam Konflik Rusia-Ukraina


Presiden Rusia Vladimir Putin, kiri, dan Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Rusia Valery Gerasimov, kanan, menyaksikan latihan militer di tempat latihan di Luzhsky Range, dekat St. Petersburg, Rusia. (Foto: via AP)
Presiden Rusia Vladimir Putin, kiri, dan Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Rusia Valery Gerasimov, kanan, menyaksikan latihan militer di tempat latihan di Luzhsky Range, dekat St. Petersburg, Rusia. (Foto: via AP)

Presiden Rusia Vladimir Putin menilai perluasan NATO sebagai ancaman eksistensial, dan kini konflik ini telah mengantarkan pemimpin Rusia ke mimpi terburuknya, di mana NATO akan menyaksikan perluasan terbesar dari organisasinya selama hampir dua dekade.

Untuk memperoleh sebuah gambaran ke depan bagaimana konflik ini akan berkembang atau berakhir, VOA menghubungi Daniel Hamilton, peneliti senior di Brookings Institution dan pemimpin program pasca-doktor di School of Advanced International Studies, SAIS, di Johns Hopkins University.

Hamilton mengingatkan, keterlibatan Rusia di Ukraina sudah berlangsung lama, sejak 2014, dan Rusia berhasil menguasai kawasan Donbas dari teritori seluas 30% pada awalnya menjadi 80% kini.

“Sulit untuk diramalkan, menurut saya skenarionya adalah akan terselenggara sebuah gencatan senjata, kemudian sebuah garis demarkasi yang akan melintasi teritori Ukraina, bergantung pada posisi pasukan ketika gencatan senjata diberlakukan," ujarnya.

"Akibatnya, kita tidak akan menyaksikan sebuah penyelesaian tuntas dari konflik ini dalam jangka panjangnya," lanjut dia.

Hamilton berpendapat mustahil Rusia akan bisa diusir dari Ukraina, namun Rusia juga tidak akan cukup kuat untuk mengalahkan dan menduduki seluruh Ukraina.

Bendera berkibar tertiup angin di luar markas NATO di Brussel, 7 Februari 2022. Finlandia dan Swedia telah mengisyaratkan niat mereka untuk bergabung dengan NATO terkait perang Rusia di Ukraina. (Foto: AP)
Bendera berkibar tertiup angin di luar markas NATO di Brussel, 7 Februari 2022. Finlandia dan Swedia telah mengisyaratkan niat mereka untuk bergabung dengan NATO terkait perang Rusia di Ukraina. (Foto: AP)

Sehingga yang berlangsung adalah sebuah “war of attrition” atau perang yang dicirikan oleh konflik tidak berkesudahan dan masing-masing pihak tidak mampu meraih kemenangan yang mutlak.

Ditambahkannya sebagai akibatnya, seluruh kawasan Eropa Timur akan diliputi oleh gejolak, kisruh, disertai kekerasan dari waktu ke waktu.

VOA juga meminta masukan dari Gilang Kembara, peneliti di Centre for Strategic and International Studies, CSIS di Jakarta. Kembara juga berpendapat bahwa minimum Rusia akan berusaha mengkonsolidasi kendalinya di kawasan Donbas, sebagaimana dilakukannya di Moldavia dan Georgia di masa lalu. Namun perlawanan kuat dari pihak Ukraina membuat upaya Vladimir Putin sulit.

Skenario yang Berkembang dalam Konflik Rusia-Ukraina
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:47 0:00

"Harus ada titik di mana Putin harus cari exit strategy yang lebih saving face (menyelamatkan pamor) supaya tidak kehilangan kekuatan militernya dan juga pengaruh Putih di wilayah Eropa and to an extent (sampai batas tertentu) di Asia Tengah," kata Gilang.

Putin kini menghadapi situasi yang jauh lebih pelik dibandingkan ketika dia mengawali invasinya pada Februari, isolasi yang semakin besar dari negara-negara Barat, dan Kembara juga mengingatkan, kemacetan yang dihadapi militer Rusia dalam konflik ini akan berpengaruh pada hegemoni Rusia di kawasan di Asia Tengah, khususnya negara-negara bekas Uni Sovyet. [jm/ka]

XS
SM
MD
LG