Tautan-tautan Akses

Situasi Darurat Turki Muluskan Jalan bagi Pembersihan Besar-Besaran


Para pengunjuk rasa pro-pemerintah melambaikan bendera Turki seraya berunjuk rasa terhadap usaha kudeta (19/6). Istanbul, Turki. (foto: AP Photo/Lefteris Pitarakis)
Para pengunjuk rasa pro-pemerintah melambaikan bendera Turki seraya berunjuk rasa terhadap usaha kudeta (19/6). Istanbul, Turki. (foto: AP Photo/Lefteris Pitarakis)

Situasi darurat di Turki akan dilakukan selama tiga bulan. Langkah ini diperkirakan akan memuluskan jalan untuk melakukan pembersihan lebih jauh terhadap lawan-lawannya, setelah upaya kudeta yang gagal Jumat lalu.

Para legislator Turki Kamis diperkirakan akan menyetujui permintaan Presiden Recep Tayyip Erdogan mengenai situasi darurat selama tiga bulan, dalam langkah yang akan memuluskan jalan untuk melakukan pembersihan lebih jauh terhadap lawan-lawannya, setelah upaya kudeta yang gagal Jumat lalu.

Situasi darurat akan diberlakukan selama periode tiga bulan, demikian diumumkan Erdogan dalam pidato di televisi Rabu malam, setelah menggelar pertemuan maraton, mula-mula dengan dewan keamanan nasionalnya dan kemudian dengan kabinetnya.

Erdogan menyatakan tujuan penetapan situasi darurat itu adalah agar memungkinkan diambilnya langkah-langkah paling efisien untuk kembali ke demokrasi dan supremasi hukum. Pemimpin Turki itu mengatakan angkatan bersenjata tidak akan mengambil kendali negara selama periode tersebut.

Juga Rabu malam, ratusan pendukung Erdogan memenuhi Lapangan Taksim, Istanbul, dan arena-arena publik lainnya di berbagai penjuru Turki untuk menunjukkan dukungan bagi pemimpin Turki itu dan menghindari apa yang disebut Erdogan sebagai kemungkinan upaya kudeta kedua.

Pernyataan Erdogan ditayangkan langsung di layar-layar raksasa yang didirikan di sekitar Lapangan Taksim. Pengumuman mengenai situasi darurat mendapat sambutan tepuk tangan dari massa.

Penetapan itu akan memungkinkan Erdogan untuk melanjutkan tindakan keras yang menurut para pengamat terutama ditujukan kepada para anggota gerakan spiritual yang dipimpin Fethullah Gulen, mantan imam yang tinggal di Amerika Serikat selama 17 tahun ini.

Mereka yang ditahan sejak Jumat telah melebihi 9.000 orang, termasuk 6.000 anggota militer, yang ditahan dalam apa yang disebut Erdogan sebagai penahanan prapersidangan. Menurut sejumlah perkirakan, hampir 50 ribu pejabat publik, termasuk hakim dan akademisi, yang diskors atau diperintahkan untuk mengundurkan diri. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG