Tautan-tautan Akses

Sinar Mas Bantah Rusak Lahan Gambut Sumatera


PT Sinar Mas membantah laporan Greenpeace yang dirilis Selasa di Jakarta berkenaan dengan perusakan lahan gambut di Sumatera.

Menanggapi laporan Greenpeace, PT Sinar Mas selalu membantah kerusakan yang sudah ditimbulkan. Salah seorang pejabat bidang keberlanjutan industri PT Sinar Mas, Aida Greenbury, mengatakan Sinar Mas dan Asia Pulp and Paper (APP) berniat menjadi pemimpin dunia dalam industri bubur kertas and kertas. Tanpa kuatir dengan gertakan Greenpeace, Aida Greenbury, malah menegaskan Sinar Mas berada pada jalur yang benar dan tidak akan mundur.

Tarik ulur antara industri dan kesejahteraan rakyat tampaknya tidak terhindarkan, jika pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak bersikap tegas. Keinginan Presiden Yudhoyono agar Indonesia mampu menekan angka pembabatan hutan demi mengurangi emisi gas rumah kaca sebanyak 26 persen, terancam gagal.

Orangutan seperti ini bergantung pada hutan-hutan di Sumatera sebagai tempat berlindung mereka.
Orangutan seperti ini bergantung pada hutan-hutan di Sumatera sebagai tempat berlindung mereka.

“Jangan sampai ada kebakaran-kebakaran hutan, itu harus kita cegah. Tiga tahun lalu kita bisa, ke depan harus lebih bisa lagi. Juga lahan gambut, sumber kerusakan ekosistem yang harus dijaga baik-baik. Keempat, kita harus mencegah deforestasi dan reforestasi, dengan atau tanpa bantuan negara sahabat.” kata Presiden Yudhoyono.

Bantahan PT Sinar Mas ini dilontarkan menanggapi laporan hasil investigasi Greenpeace bertajuk “Bagaimana Sinar Mas Meluluhkan Bumi”, yang diluncurkan di Jakarta hari Selasa. Investigasi Greenpeace selama beberapa bulan terakhir menunjukkan PT Sinar Mas/APP belum menunjukkan itikad kuat untuk menghentikan perambahan lahan gambut di hutan Sumatera, khususnya di Riau dan Jambi.

Salah seorang juru kampanye untuk Greenpeace Asia Tenggara, Bustar Maitar, mengatakan kepada VOA pada hari Selasa, bahwa perambahan kawasan gambut yang diperkirakan seluas 900.000 hektar, tidak hanya menghancurkan kehidupan masyarakat tradisional dan keanekaragaman hayati di taman nasional, tetapi juga habitat harimau sumatera.

“Pada kenyataannya salah satu bahan baku mereka, (yang juga merupakan) habitat harimau Sumatera, juga dari kawasan bergambut yang kaya dengan karbon, ada yang dalamnya lebih dari tiga meter yang tidak diperbolehkan dibuka di Indonesia,” ungkap Bustar.

Ia juga menambahkan, perusakan hutan di Jambi merugikan orang Rimba yang tinggal disana dan sangat bergantung dengan hutan itu sebagai sumber penghidupan mereka. Jadi menurut Bustar, apa yang disampaikan PT. Sinar Mas kepada publik sangat bertolak belakang dengan apa yang terjadi di lapangan.

Laporan Greenpeace juga mengecam perusahaan yang tetap menggunakan produk olahan kertas dan minyak kelapa sawit dari PT Sinar Mas, seperti Hypermarket dan restoran cepat saji asal Amerika, Kentucky Fried Chicken.

Sedangkan perusahaan produk pangan dan kesehatan internasional, seperti Unilever, Nestle, dan Kimberley-Clark, sedang menerapkan kebijakan baru untuk tidak memasok bahan baku dari Sinar Mas, kecuali jika perusahaan milik Eka Tjipta Widjaja ini membuat perubahan yang besar.

XS
SM
MD
LG