Presiden Peru Manuel Merino, Minggu (15/11), mengundurkan diri hanya lima hari setelah menjabat. Langkah itu memicu perayaan di Ibu Kota Peru, Lima, menyusul protes jalanan terhadapnya dan terhadap penggulingan pendahulu Merino yang dicintai rakyat.
"Saya ingin memberi tahu seluruh negeri bahwa saya mengundurkan diri," kata Merino dalam pidato yang disiarkan televis. Pengunduran dirinya terjadi sehari setelah tindakan keras polisi terhadap pengunjuk rasa menewaskan sedikitnya dua orang.
Merino, 59 tahun, mengundurkan diri tak lama setelah sidang darurat Kongres memintanya mundur dari kekuasaan sebelum pukul 18.00 waktu setempat (Senin, pukul 06.00 WIB) atau menghadapi peringatan keras.
Kongres diperkirakan akan menunjuk presiden baru dalam sidang baru yang dijadwalkan pukul 18.00 waktu setempat.
Ribuan orang turun ke jalan memprotes Merino menyusul penggulingan pendahulunya Martin Vizcarra, pada Senin (16/11) karena dengan tuduhan korupsi.
Ultimatum Kongres itu dilontarkan setelah Kementerian Kesehatan mengatakan dua pengunjuk rasa tewas pada Sabtu (14/11) dalam unjuk rasa besar-besaran dan damai di Lima. Dalam unjuk rasa itu, polisi menembakkan peluru tumpul dan gas air mata.
Merino mengatakan untuk menghindari "kekosongan kekuasaan," 18 menteri yang diangkatnya hari Kamis untuksementara akan tetap menjabat meskipun hampir semuanya telah mengundurkan diri setelah terjadi korban dalam protes Pada Sabtu (14/11).
Pengunduran diri itu disambut dengan perayaan di Lima, dengan para demonstran turun ke jalan sambil membunyikan klakson dan panci. [my/lt]