Tautan-tautan Akses

Serangan Roket di Myanmar Tewaskan 4 Orang, Lukai Taruna Militer


Tentara Tentara Pembebasan Nasional Karen (KNLA) berpatroli di Myawaddy, kota perbatasan Thailand-Myanmar di bawah kendali koalisi pasukan pemberontak yang dipimpin oleh Persatuan Nasional Karen, di Myanmar, 15 April 2024.
Tentara Tentara Pembebasan Nasional Karen (KNLA) berpatroli di Myawaddy, kota perbatasan Thailand-Myanmar di bawah kendali koalisi pasukan pemberontak yang dipimpin oleh Persatuan Nasional Karen, di Myanmar, 15 April 2024.

Serangan roket yang dilakukan para penentang kudeta Myanmar telah menewaskan empat orang dan melukai 12 lainnya, termasuk para taruna dari akademi perwira elite militer, kata para pejabat junta, Senin (15/4).

Otoritas militer Myanmar, yang berjuang keras untuk mempertahankan cengkeraman mereka di negara itu di tengah meningkatnya oposisi bersenjata, mengutuk serangan di Pyin Oo Lwin, Myanmar Tengah, karena menargetkan warga sipil.

Myanmar terperosok ke dalam konflik ketika militer, yang merebut kekuasaan dalam kudeta tahun 2021, berjuang melawan kelompok-kelompok perlawanan bersenjata di berbagai penjuru negara itu dan mengalami kekalahan besar dalam beberapa bulan ini.

Para anggota Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF), kelompok warga sipil bersenjata yang prodemokrasi dan bangkit melawan militer, “secara acak menembakkan” 11 roket pada Minggu malam, menghantam rumah sakit, sebuah biara dan hotel, kata junta. Di antara korban tewas terdapat dua biksu, lanjut junta.

Pyin Oo Lwin, bekas stasiun Inggris di perbukitan di dekat kota di bagian tengah, Mandalay, merupakan lokasi Akademi Dinas Pertahanan - setara dengan akademi militer West Point-nya Amerika atau Sandhurst-nya Inggris.

Juru bicara junta Zaw Min Tun mengukuhkan bahwa tiga taruna akademi itu terluka dalam serangan tersebut.

Seorang juru bicara PDF Mandalay mengatakan para anggotanya melakukan serangan itu, dan mengatakan mereka hanya menargetkan akademi.

Militer mengalami pukulan besar pekan lalu ketika pasukannya diusir dari pusat perdagangan penting di dekat perbatasan Thailand setelah bentrokan berhari-hari dengan kelompok etnis minoritas bersenjata dan para anggota kelompok antijunta lainnya.

Pihak berwenang di Thailand telah mengatakan bahwa mereka siap menerima hingga 100 ribu orang yang mengungsi akibat bentrokan itu.

Militer merebut kekuasaan dari pemerintahan sipil pimpinan Aung San Suu Kyi pada Februari 2021. Penindakan keras militer terhadap mereka yang menentang pemerintahannya telah menewaskan lebih dari 4.800 warga sipil, menurut kelompok pemantau lokal AAPP. [uh/ab]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG