Tautan-tautan Akses

Lukisan Yesus Seniman Siprus, Bikin Marah Gereja dan Pemerintah 


George Gavriel saat diwawancarai Reuters di studio rumahnya di Kokkinotrimithia, Siprus, 22 September 2021. (REUTERS/Yiannis Kourtoglou)
George Gavriel saat diwawancarai Reuters di studio rumahnya di Kokkinotrimithia, Siprus, 22 September 2021. (REUTERS/Yiannis Kourtoglou)

Seorang seniman Siprus mencoba menggambarkan protesnya terhadap berbagai masalah sosial di negaranya lewat karya-karya lukisnya yang sering melibatkan gambar Yesus dan simbol-simbol keagamaan Kristen. Aksinya itu sempat mengundang kontroversi dan bahkan membuatnya hampir kehilangan pekerjaannya di bidang pendidikan.

Pelukis George Gavriel (62), yang sehari-harinya bekerja sebagai kepala sekolah, tidak pernah mengira bahwa karya-karya lukisnya mengundang kontroversi.

"Inspirasi saya, seperti halnya kebanyakan seniman menurut saya, berasal dari pengalaman kami, kehidupan kami, keprihatinan kami, cara kami melihat dunia, dan bahkan ideologi kami," paparnya.

Gavriel, seperti kebanyakan seniman, memang membidik apa yang dianggap sebagai penyakit masyarakat sebagai objek karya-karyanya. Namun, pendekatannnya berbeda. Ia sering melibatkan gambar Yesus atau simbol-simbol keagamaan Kristen dalam setting yang tidak biasanya.

Terkait krisis pengungsi, ia menggambarkan Yesus berdiri di antara sekumpulan pengungsi yang ditahan di sebuah kamp pengungsi. Terkait krisis migran yang menyeberang lautan dan menuju Eropa, ia mengambarkan perawan Maria yang sedang menggendong Yesus yang masih bayi di dalam sebuah perahu sambill duduk berdesakan.

Terkait skandal korupsi kewarganegaraan yang melibatkan orang-orang asing yang kaya, ia menggambarkan Presiden Siprus Nicos Anastasiades dengan lingkaran suci di kepalanya berdiri di atas paspor Siprus yang berwarna emas.

George Gavriel saat diwawancarai Reuters di studio rumahnya di Kokkinotrimithia, Siprus, 22 September 2021. (REUTERS/Yiannis Kourtoglou)
George Gavriel saat diwawancarai Reuters di studio rumahnya di Kokkinotrimithia, Siprus, 22 September 2021. (REUTERS/Yiannis Kourtoglou)

Karya-karyanya juga menampilkan Yesus yang bertelanjang dada, Yesus sedang berpose sambil naik motor besar, dan Yesus sedang naik keledai di samping seorang pemimpin gereja yang berkendaraan limosin.

Singkat kata, karya-karyanya itu membuat marah banyak pemimpin gereja dan pemerintahan.

Menyusul munculnya keluhan dari Uskup Agung Ortodoks Yunani yang berpengaruh di pulau itu, Gavriel menghadapi penyelidikan. Penggambaran Yesus sebagai penggemar sepak bola, duduk di atas sepeda motor, bertelanjang dada, atau ditahan di kamp pengungsi adalah sangat tidak pantas, kata Gereja itu dalam pengaduan tertulisnya.

Gavriel sendiri bersikeras bahwa ia tidak bermaksud menghina agama. Lulusan akademi seni rupa Rusia yang beberapa karyanya juga menggantung di sebuah museum di China itu mengatakan, "Beberapa orang mungkin berpikir saya menghina agama. Itu hak mereka. Saya tidak ada niat untuk menghina agama. Saya hanya menciptakan karya-karya seni tanpa terikat pada batasan-batasan.”

George Gavriel meletakkan sebuah lukisannya di easel di studionya di Kokkinotrimithia, Siprus, 15 Oktober 2021. (REUTERS/Yiannis Kourtoglou).
George Gavriel meletakkan sebuah lukisannya di easel di studionya di Kokkinotrimithia, Siprus, 15 Oktober 2021. (REUTERS/Yiannis Kourtoglou).

Pemerintah mengatakan Gavriel melanggar kewajibannya sebagai pegawai negeri dan kepala sekolah menengah. Dalam sebuah sidang di parlemen, Menteri Pendidikan Prodromos Prodromou mengatakan, "Bisakah seorang kepala sekolah yang sekaligus seniman amatir menyinggung dan menghina orang-orang dan institusi melalui karya-karyanya? Tidak, ia tidak bisa."

Gelombang kecaman terhadap Gavriel akhirnya menyusut. Gugatan terhadap dirinya dibatalkan setelah muncul protes publik dan ekspresi dukungan dari sejumlah anggota parlemen.

Alexandra Attalides, seorang anggota parlemen dari Partai Hijau Siprus dan anggota Komisi HAM parlemen yang menyelidiki kasus ini, mengungkapkan, "Saya percaya bahwa dalam demokrasi, kebebasan berekspresi dalam seni harus dijamin dan tidak ada yang harus dituntut tentang bagaimana mereka mengekspresikan pandangan mereka melalui seni mereka."

Gavriel menyambut keputusan itu, namun juga mengeluhkan bahwa pemerintah telah mengabaikan pandangan pribadinya. "Saya kira kita telah memenangkan satu pertempuran, tetapi perjuangan masih terus berlanjut. Yang perlu diklarifikasi adalah bahwa kita memiliki hak untuk mengekspresikan diri secara bebas, tanpa dikenai batasan." [ab/uh]

XS
SM
MD
LG