Tautan-tautan Akses

Sengatan Kalajengking Pereda Nyeri a la Kuba


Seorang pekerja mempersiapkan botol-botol obat alternatif, Vidatox, di LabioFam, produsen obat dan kesehatan pribadi di Cienfuegos, Kuba, 3 Desember 2018 (foto: Reuters/Stringer)
Seorang pekerja mempersiapkan botol-botol obat alternatif, Vidatox, di LabioFam, produsen obat dan kesehatan pribadi di Cienfuegos, Kuba, 3 Desember 2018 (foto: Reuters/Stringer)

Sebulan sekali selama sepuluh tahun terakhir, Pepe Casanas, seorang petani Kuba berusia 78 tahun, telah berburu kalajengking untuk menyengat dirinya. Casanas bersumpah bahwa bisa kalajengking itu berhasil mengatasi nyeri rematiknya.

Penyembuhan alami ini tidak lagi dipandang sesuatu yang aneh di sini.

Para peneliti di Kuba telah menemukan bahwa bisa kalajengking biru, dengan nama ilmiah Rhopalurus junceus, hewan endemik di pulau Karibia, tampaknya memiliki sifat yang dapat menangkal radang dan pereda nyeri. Selain itu, racun kelajengking kemungkinan dapat menghambat pertumbuhan tumor pada pasien-pasien kanker tertentu.

Meski pun beberapa pakar kanker di luar negeri menyatakan butuh lebih banyak penelitian untuk mendukung klaim semacam itu, perusahaan farmasi asal Kuba, Labiofam telah memanfaatkan bisa kalajengking sejak 2011 untuk membuat obat-obatan alternatif dengan merk Vidatox.

Metode penyembuhan ini terbukti populer.

Direktur Usaha Labiofam, Carlos Alberto Delgado, menyatakan kepada Reuters, angka penjualan meningkat 10 persen per tahun. Vidatox telah dijual di kurang lebih 15 negara di seluruh dunia dan saat ini sedang melakukan pembicaraan dengan China untuk menjual obat-obatan itu di sana.

Di Kuba sendiri, sudah puluhan ribu pasien yang telah mendapat pengobatan dengan Vidatox, yang dijual seharga kurang dari satu dolar per ampul. Di pasar gelap, harganya mencapai ratusan kali lipat – para pengecer di Amazon.com menjual obat tersebut dengan harga mencapai $140.

“Saya meletakkan kalajengking di tempat saya merasa nyeri,” ujar Casanas sambil mendemonstrasikan metode pereda nyeri buatannya dengan seekor kalajengking yang ia tempukan di bawah puing di sebidang tanah tempat ia bercocok tanam di Pinar der Rio, provinsi sebelah barat Kuba.

Setelah cukup lama menekan hewan tersebut, hewan itu kemudian menyengatnya dan ia tampak meringis.

“Ada rasa sakit sebentar, namun kemudian hewan itu menjadi lebih tenang dan pergi serta saya tidak merasakan nyeri lagi,” ujarnya.

Casanas, mantan petani tembakau yang beralih menanam kacang-kacangan untuk dimakan sendiri, mengatakan kadang-kadang ia menaruh seekor kalanjengking di bawah topi jeraminya seperti sebuah jimat keberuntungan.

Hewan itu menyukai tempat yang teduh dan lembab, ujar Casanas yang berkulit sawo matang. Jadi binatang itu hanya meringkuk dan tidur di bawah topinya, tambahnya.

Dari Peternakan ke Laboratorium

Di sebuah laboratorium milik Labiofam, di bagian selatan kota Cienfuegos, Kuba, para pekerja dengan pakaian pekerja dan penutup kepala menangani hampir 6.000 ekor kalajengking yang diletakkan dalam wadah-wadah plastik yang dijajarkan di rak-rak metal.

Setiap beberapa hari sekali mereka memberi makan dan membasahi hewan arachnida ini yang beristirahat di tumpukan batu-batu kecil. Sebulan sekali ekor-ekor hewan ini diberi kejutan listrik berkekuatan 18 volt dengan menggunakan mesin buatan tangan guna mendorong hewan-hewan ini untuk melepaskan beberapa tetes bisa.

Bisa ini kemudian diaduk dengan air sulingan dan dikocok secara seksama. Para praktisi pengobatan alternatif meyakini cara itu akan mengaktivasi “energi vital” dari bisa kalajengking.

Kalajengking ini ditangkap dari alam liar karena para pekerja di Labiofam percaya bisanya – yang tidak berbahaya – tidak sekuat apabla hewan ini dipelihara dalam penangkaran.

Setelah dua tahun diambil bisanya kalajengking atau “escorpionario” dalam bahasa setempat dilepaskan kembali ke alam bebas.

Dr. Fabio Linares, kepala laboratorium pengobatan alternatif Labiofam yang mengembangkan pengobatan ini, mengatakan Vidatox menstimulasi mekanisme pertahanan alami tubuh.

“Setelah empat hingga lima tahun (menjalani pengobatan ini), dokter yang merawat saya mengatakan kanker yang saya derita tidak menunjukkan perkembangan,” ujar Jose Manuel Alvarez Acosta, warga Kuba yang didiagnosa kanker pada 2008.

Meskipun demikian, Labiofam merekomendasikan Vidatox hanya sebagai perawatan pelengkap dan menyatakan obat ini bukan pengganti obat-obat konvesional. [ww/ft]

Recommended

XS
SM
MD
LG