Tautan-tautan Akses

Semakin Tambah Usia, Semakin Bahagia


Dosen Carnegie Mellon, Scott E. Fahlman pencipta ikon 'Smiley Face' 25 tahun yang lalu (foto:dok).
Dosen Carnegie Mellon, Scott E. Fahlman pencipta ikon 'Smiley Face' 25 tahun yang lalu (foto:dok).

Penelitian Universitas Stony Brook, New York mengungkapkan semakin bertambahnya usia, orang semakin bahagia dalam menjalani hidupnya.

Menjadi tua kedengarannya kurang menyenangkan. Tetapi ada kabar baik bagi orang-orang lanjut usia dan mereka yang mencemaskan pertambahan usia.

Para peneliti mengungkapkan temuan bahwa orang-orang semakin bahagia dan lebih sedikit merasa cemas sewaktu mereka mencapai usia 50 tahun. Kenyataannya, pada usia 85 tahun, mereka mengatakan merasa lebih bahagia dengan hidup mereka daripada ketika berusia 18.

Temuan ini berasal dari survei lewat telepon tahun 2008 terhadap lebih dari 340 ribu orang dewasa berusia antara 18 dan 85 tahun di Amerika Serikat. Organisasi Gallup menanyai mereka mengenai perasaan-perasaan seperti bahagia, sedih dan cemas, serta mengenai tekanan jiwa atau emosi.

Emilie (96 tahun) dan Otto Kahl (97 tahun) telah menikah selama 75 tahun.
Emilie (96 tahun) dan Otto Kahl (97 tahun) telah menikah selama 75 tahun.

Tim peneliti yang dipimpin Arthur Stone dari Jurusan Psikiatri dan Ilmu Perilaku di Universitas Stony Brook, New York, mendapati, kadar stress paling tinggi ditemukan pada kelompok usia antara 22 dan 25 tahun. Kadar stress turun tajam setelah usia mencapai 50 tahun.

Kebahagiaan tertinggi ditemukan pada kalangan dewasa muda dan kelompok usia awal 70-an. Kelompok yang paling sedikit mengalami perasaan negatif adalah mereka yang berusia 70-an dan 80-an.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa lelaki dan perempuan memiliki pola emosional yang sama sewaktu bertambah usia. Namun, kaum perempuan pada seluruh kelompok usia melaporkan lebih banyak kesedihan, stres dan kekhawatiran daripada kaum lelaki.

Para peneliti menyatakan tidak tahu mengapa kebahagiaan meningkat seiring pertambahan usia. Menurut satu teori, sewaktu usia bertambah, orang-orang semakin bersyukur pada apa yang mereka miliki dan lebih mampu mengendalikan emosi. Mereka juga meluangkan waktu lebih sedikit untuk memikirkan pengalaman buruk.

Stone mengatakan, pola perasaan itu mungkin terkait dengan perubahan dalam cara seseorang memandang kehidupan atau mungkin perubahan dalam kimia otak. Peneliti juga mempertimbangkan kemungkinan pengaruh lainnya, seperti memiliki anak muda, menganggur, atau melajang. Tetapi mereka mendapati bahwa pengaruh-pengaruh itu tidak berdampak bagi kebahagiaan dan kesejahteraan terkait usia.

Temuan ini dimuat pada Procedings of the National Academy of Sciences.

XS
SM
MD
LG