Tautan-tautan Akses

Semakin Banyak Warga AS Anggap Perubahan Iklim Picu Cuaca Ekstrem


Seorang pengunjung mengambil selfie di samping tampilan digital suhu udara di Taman Nasional Death Valley di California yang mencapai lebih dari 54 Celcius, saat gelombang panas pada 16 Juli 2023 lalu (foto: dok).
Seorang pengunjung mengambil selfie di samping tampilan digital suhu udara di Taman Nasional Death Valley di California yang mencapai lebih dari 54 Celcius, saat gelombang panas pada 16 Juli 2023 lalu (foto: dok).

Kathleen Maxwell telah tinggal di kota Phoenix, Arizona, AS selama lebih dari 20 tahun terakhir. Akan tetapi, musim panas ini untuk pertama kalinya ia merasa takut, karena suhu udara yang tinggi kini mencapai 43 derajat Celsius – bahkan lebih tinggi lagi – dan bertahan pada angkat tersebut selama 31 hari berturut-turut, memecahkan rekor sebelumnya.

“Di sini selalu panas, tapi tidak seperti musim panas kali ini,” kata Maxwell, yang berusia 50 tahun. “Saya benar-benar ketakutan. Bagaimana kalau ini tidak berakhir dan akan terus seperti ini?”

Maxwell menyalahkan perubahan iklim dan ia tidak sendirian.

Sebuah jajak pendapat dari The Associated Press-NORC Center for Public Affairs Research menunjukkan bahwa cuaca ekstrem, termasuk musim panas dengan suhu panas yang membahayakan banyak wilayah AS, meningkatkan keyakinan warga Amerika bahwa mereka telah secara pribadi merasakan dampak perubahan iklim.

Sekitar 9 dari 10 Amerika (87%) mengaku telah mengalami sedikitnya satu peristiwa cuaca ekstrem dalam lima tahun terahir, termasuk kekeringan, suhu panas ekstrem, badai parah, kebakaran hutan, atau banjir. Angka itu naik dari 79% yang tercatat April lalu. Sekitar tiga perempat di antaranya percaya perubahan iklim menjadi sebagian penyebabnya.

Secara keseluruhan, 64% penduduk dewasa AS mengaku bahwa mereka telah mengalami peristiwa cuaca ekstrem baru-baru ini dan bahwa perubahan iklim merupakan sebagian penyebabnya. Angka itu naik dari 54% pada April lalu. Kemudian, sekitar 65% mengatakan bahwa perubahan iklim akan atau telah menimbulkan dampak besar dalam hidup mereka.

Suhu tinggi musim panas ini kemungkinan menjadi penyebab utamanya: Sekitar tiga perempat warga AS (74%) mengaku terdampak cuaca panas ekstrem atau gelombang panas ekstrem dalam lima tahun terakhir, naik dari 55% April lalu.

Sebanyak 92% di antaranya mengatakan pengalaman itu mereka sendiri rasakan dalam beberapa bulan terakhir.

Musim panas ini suhu tertinggi tercatat di Belahan Bumi Utara, menurut Organisasi Meteorologi Dunia dan lanan iklim Eropa Copernicus.

Jutaan warga Amerika juga terdampak musim kebakaran hutan terburuk dalam sejarah Kanada, di mana asap kebakaran terbawa angin hingga ke sebagian wilayah AS. Sekitar enam dari 10 orang dewasa AS mengatakan bahwa kabut asap itu membawa dampak “besar” (15%) dan “sedikit” (48%) bagi mereka dalam beberapa bulan terakhir.

Di seluruh dunia, panas ekstrem, badai, banjir dan kebakaran hutan telah berdampak pada puluhan juta orang tahun ini. Para ilmuwan mengatakan, perubahan iklim telah membuat peristiwa-peristiwa tersebut lebih mungkin terjadi secara lebih intens.

Sidang Majelis Umum PBB Soroti Dampak Perang dan Perubahan Iklim
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:09 0:00

Anthony Leiserowitz, direktur Program Komunikasi Perubahan Iklim di Universitas Yale, mengatakan bahwa para penelitinya melakukan survei setahun dua kali kepada warga Amerika berusia di atas 15 tahun. Akan tetapi, baru pada tahun 2016 mereka mencatat bahwa pengalaman masyarakat dengan peristiwa cuaca ekstrem memengaruhi pandangan mereka terhadap perubahan iklim. “Sinyal itu menjadi semakin kuat dari tahun ke tahun seiring semakin buruknya keadaan ini,” ujarnya.

Ia juga meyakini bahwa liputan media tentang perubahan iklim telah banyak berubah dan masyarakat pun menginterpretasikan informasi secara lebih ilmiah dibanding satu dekade lalu.

Jajak pendapat AP-NORC menemukan adanya kesenjangan yang besar antara warga Amerika pendukung Partai Demokrat dan Partai Republik. Di antara mereka yang telah mengalami peristiwa cuaca ekstrem, sebanyak 93% pendukung Demokrat meyakini perubahan iklim sebagai salah satu penyebabnya, sementara hanya 48% pendukung Republik yang berpikiran sama.

Sekitar 9 dari 10 pendukung Demokrat yakin perubahan iklim sedang terjadi, sedangkan sisanya ragu-ragu (5%), alih-alih menolak mentah-mentah. Sementara di kalangan pendukung Republik statistiknya terbelah: 49% di antaranya yakin akan adanya perubahan iklim, sementara 26% lainnya menolak mentah-mentah dan 25% lainnya mengatakan ragu-ragu. Secara keseluruhan, 74% warga Amerika meyakini perubahan iklim sedang terjadi, tidak banyak berubah dari survei April lalu. [rd/jm]

Forum

XS
SM
MD
LG