Tautan-tautan Akses

Semakin Banyak Pasien Meninggal di RS Gaza , WHO Tegaskan Urgensi Gencatan Senjata


Bayi-bayi Palestina yang lahir prematur di Rumah Sakit Shifa Kota Gaza, Minggu, 12 November 2023. (Dr. Marwan Abu Saada via AP)
Bayi-bayi Palestina yang lahir prematur di Rumah Sakit Shifa Kota Gaza, Minggu, 12 November 2023. (Dr. Marwan Abu Saada via AP)

Badan Kesehatan Dunia (WHO), Selasa (14/11) kembali menegaskan seruannya untuk segera diberlakukan gencatan senjata di Gaza, wilayah kantung Palestina yang situasinya semakin memburuk seiring semakin banyak pasien termasuk bayi-bayi prematur di RS Al Shifa di Kota Gaza, yang dilaporkan meninggal dunia. Hujan musim dingin pertama juga telah menyebabkan banjir di kota itu.

Berbicara dalam konferensi pers di Jenewa, juru bicara WHO Dr. Margaret Harris mengatakan “ada begitu banyak kerusakan infrastruktur, kita kekurangan air bersih. Kami memiliki orang-orang yang sangat, sangat berdesakan sembilan kali lebih banyak dari yang seharusnya. Inilah sebabnya mengapa kami memohon agar gencatan senjata segera dilakukan.”

Kabar terbaru dari Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) mengindikasikan bahwa hingga Senin lalu (13/11) semua rumah sakit di kota Gaza dan Gaza utara dilaporkan tidak lagi beroperasi karena kurangnya listrik, bahan medis habis pakai, oksigen, makanan, dan air. Kondisi ini diperparah dengan pemboman dan pertempuran di sekitarnya.

Kompleks rumah sakit Al-Shifa di Kota Gaza, 7 November 2023, di tengah pertempuran Israel-Hamas. (Bashar TALEB / AFP)
Kompleks rumah sakit Al-Shifa di Kota Gaza, 7 November 2023, di tengah pertempuran Israel-Hamas. (Bashar TALEB / AFP)

RS Al-Shifa yang terkepung, saat ini merupakan satu-satunya rumah sakit yang masih beroperasi. Rumah sakit ini sekaligus merupakan pusat bentrokan bersenjata di Kota Gaza menyusul klaim militer Israel bahwa Hamas telah membangun pusat komando di bawah rumah sakit tersebut.

Klaim tersebut telah berulang kali dibantah oleh para tenaga medis profesional yang bekerja di sana. Fasilitas kesehatan itu telah berhari-hari tidak mendapatkan aliran listrik di tengah-tengah operasi militer Israel yang semakin intensif.

Dr. Harris mengatakan “dalam 48 jam terakhir ini, kami telah menerima laporan 20 kematian pasien rawat inap. Sekarang angka-angka yang saya miliki sangat berubah-ubah, situasinya mungkin jauh lebih buruk ... Kami juga tahu bahwa tidak ada cukup makanan. Staf kami juga berjuang untuk mendapatkan air bersih karena tangki air hancur, tetapi mereka masih melakukan semua yang mereka bisa lakukan guna terus memberikan perawatan medis bagi pasien yang sakit parah yang dirawat di sana."

OCHA mengatakan pada tengah malam, antara tanggal 12 dan 13 November, terdapat sekitar 600 hingga 650 pasien rawat inap, 200 hingga 500 staf, dan 1.500 pengungsi internal di RS Al-Shifa. Di antara sejumlah pasien yang berisiko tinggi mengalami kematian, dilaporkan ada beberapa pasien dialisis ginjal dan 36 bayi dalam inkubator.

WHO mengatakan ada sekitar 135 serangan terhadap fasilitas kesehatan yang telah didokumentasikan di Gaza selama sebulan terakhir ini.

Dr. Harris berharap “ini yang terburuk” yang kami hadapi, “karena kami juga melihat peningkatan tren banyak serangan terhadap fasilitas-fasilitas kesehatan. Kami melihat hal ini di Sudan, dan di Ukraina. Tampaknya prinsip utama bahwa rumah sakit harus menjadi tempat berlindung yang aman, di mana orang mendapat pengobatan, dirawat ketika menghadapi masalah medis, di saat paling membutuhkan, telah dilupakan.” (em/ns)

Forum

XS
SM
MD
LG