Tautan-tautan Akses

Sekolah Srikandi Sungai, Partisipasi Perempuan Lestarikan Lingkungan dan Sungai


Menteri Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Yohana Yambise mengalungkan selendang kepada anggota Srikandi Sungai dari Sorong, Papua pada peresmian sekolah Srikandi Sungai di Yogyakarta Sabtu petang (10/6). (Foto VOA/Munarsih Sahana)
Menteri Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Yohana Yambise mengalungkan selendang kepada anggota Srikandi Sungai dari Sorong, Papua pada peresmian sekolah Srikandi Sungai di Yogyakarta Sabtu petang (10/6). (Foto VOA/Munarsih Sahana)

Menteri Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Yohana Susana Yembise akhir pekan lalu meresmikan Sekolah Srikandi Sungai Indonesia di pinggir sungai Code, Yogyakarta. Ini merupakan program pemberdayaan masyarakat khususnya perempuan yang tinggal di sekitar sungai dalam ikut melestarikan lingkungan.

Sekolah Srikandi Sungai Indonesia digagas oleh Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat (LPPM) UGM, Pusat Studi Wanita (PSW) UGM, Klinik Lingkungan dan Mitigasi Bencana, Fakultas Geografi UGM dan didukung Srikandi Sungai Indonesia. Srikandi Sungai sendiri didirikan di Yogyakarta pada tanggal 21 April 2016, pasca kongres sungai pertama di Banjarnegara, Jawa Tengah.

Menteri Yohana Yembise merespon positif diselenggarakannya Sekolah Srikandi Sungai untuk melestarikan lingkungan dan mewujudkan daerah pinggiran sungai yang ramah anak dan perempuan. Menurut Menteri Yambise, kementerian yang dipimpinnya juga sudah bekerjasama dengan Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup dalampelestarian lingkungan.

Sekolah Srikandi Sungai-Partisipasi Perempuan Lestarikan Lingkungan Sungai
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:02:59 0:00

“Kerjasama dengan Kementerian Kehutanan Dan Lingkungan Hidup, kita bangun komitmen bersama untuk pelestarian lingkungan, salah satunya adalah daerah aliran sungai. Buang sampah sembarangan itu menjadi perhatian utama kita, dan bagaimana membuat daerah sekitar aliran sungai menjadi harus ramah anak dan ramah perempuan. Perkampungan dengan banyak rumah-rumah di pinggir sungai kalau tidak ditata dengan baik menimbulkan korban kekerasan pada anak dan perempuan,” ujar Yohana Yambise.

Ketua Srikandi Sungai Indonesia Surani Hasanati mengatakan, Sekolah Srikandi memiliki sejumlah kegiatan pokok di antaranya edukasi, kampanye, pelatihan serta pendampingan bukan hanya untuk perempuan tetapi juga anak-anak demi terwujudnya lingkungan sungai yang sehat.

Sekolah Srikandi Sungai untuk angkatan pertama bertema kesehatan, berlangsung sekitar 7 minggu dengan menyesuaikan waktu peserta maupun pengajar yang terdiri para dosen dan mahasiswa UGM. Ditepi sungai Code di kampung Jetisharjo tersebut akan dibangun ruang terbuka hijau dan ditanami berbagai tanaman obat.

“Ini sebagai pilot project Sekolah Sungai Indonesia. Kita juga ingin ada wujud fisiknya kaitannya dengan Woman River Edupark di sebelah ini nanti akan dibuat. Daerah ini kan Sungai Code paling atas, Code di wilayah Kota Yogyakarta yang paling utara dibuat agar disini bersih dan di bawahnya akan mengikuti. Di bawah juga ada taman Code juga jadi nanti peserta sekolahnya juga dari sana. Untuk klaster pertama ini nanti temanya kesehatan,” ujar Susani Hasanati.

Penggagas perkumpulan Srikandi Sungai adalah Profesor Suratman yang juga Pembantu Rektor Bidang Pengabdian Pada Masyarakat UGM. Prof. Suratman mengatakan, Srikandi Sungai kini telah mempunyai anggota tersebar di seluruh Indonesia. Sebagian diantaranya hadir di Yogyakarta. Srikandi Sungai diharapkan mendorong para perempuan peduli pada sanitasi dan kesehatan lingkungan.

“Srikandi Sungai Indonesia sudah satu tahun lebih melahirkan Srikandi Sungai di seluruh Iindonesia. Air kita muliakan sungai kita lestarikan. Kami ingin mengangkat program sekolah Srikandi Sungai ini bagian dari tugas negara untuk mewujudkan ibu-ibu dan anak-anak peduli pada air, sanitasi dan edukasi,” ujar Profesor Suratman.

Susilowati, Srikandi Sungai dari Klaten, Jawa Tengah mengatakan, Srikandi Sungai di Klaten diresmikan oleh bupati dan kini mereka aktif melakukan edukasi tentang kebersihan lingkungan dan wilayah di tepi sungai.

“Untuk Klaten, kami bergabung dengan Komunitas Sekolah Sungai Klaten (yang dibentuk oleh BNPB). Kalau Komunitas Sekolah Sungai Klaten untuk bersih-bersihnya, Srikandi Sungai untuk edukasinya, bagaimana agar sampah itu tidak masuk sungai, tetapi bisa untuk ekonomi kreatif. Jadi kami bergerak di bidang edukasi, konservasi dan ekonomi kreatif. Selama ini kita telah melakukan road show hampir di seluruh wilayah kabupaten Klaten. Semua profesi masuk ke situ, ke sekolahan, ke PKK, dan sebagainya,” ujar Susilowati. [ms/ab]

XS
SM
MD
LG