Tautan-tautan Akses

Satgas Covid-19 Khawatirkan Lonjakan Signifikan Kasus Positif Corona


Seorang pekerja menyemprot rekannya dengan disinfektan setelah menguburkan seseorang yang diduga meninggal karena virus Covid-19 di pemakaman di Medan, Sumatera Utara, Selasa, 24 November 2020. (Foto AP / Binsar Bakkara)
Seorang pekerja menyemprot rekannya dengan disinfektan setelah menguburkan seseorang yang diduga meninggal karena virus Covid-19 di pemakaman di Medan, Sumatera Utara, Selasa, 24 November 2020. (Foto AP / Binsar Bakkara)

Kurva COVID-19 di Indonesia belum juga melandai, bahkan saat ini berada dalam tahap sangat memprihatinkan.

Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito memperingatkan bahwa pandemi belum akan segera berakhir. Penambahan harian kasus positif di Indonesia sudah mencapai lebih dari 4.000 dalam sepekan terakhir, bahkan di atas 5.000 dalam tiga hari terakhir secara berturutan.

“Ini harus menjadi alarm bagi kita semua. Kasus positif dapat terus bertambah apabila tidak ada langkah serius dari masyarakat maupun pemerintah daerah untuk mencegah penularan,” ungkap Wiku dalam telekonferensi pers, di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (26/11).

Wiku kembali mengimbau masyarakat untuk disiplin menjalankan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan sehari-hari.

Satgas Covid-19 Khawatirkan Lonjakan Signifikan Kasus Positif Corona
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:02:25 0:00

“Bagi satgas di daerah jangan ragu untuk segera melakukan penindakan kepada masyarakat yang masih abai terhadap protokol kesehatan sesuai dengan peraturan yang berlaku tanpa pandang bulu,” ujarnya.

Perkembangan Pandemi di 13 Provinsi Prioritas

Wiku memaparkan perkembangan situasi pandemi di 13 provinsi prioritas. Ia menjelaskan per 22 November terdapat tujuh provinsi yang mengalami penurunan kasus positif, sementara enam lainnya mengalami kenaikan.

Meskipun jumlah provinsi yang mengalami penurunan kasus COVID-19 lebih banyak, persentase kenaikannya tetap lebih tinggi dibandingkan dengan persentase penurunannya.

Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito dalam telekonferensi pers di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis, 26 November 2020. (Biro Setpres)
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito dalam telekonferensi pers di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis, 26 November 2020. (Biro Setpres)

“Penurunan kasus tertinggi berada di Papua dengan penurunan sebesar 73,8 persen. Namun jika dilihat pada provinsi yang mengalami kenaikan maka Riau mengalami kenaikan tertinggi yaitu 139,4 persen. Hal ini menunjukkan meskipun jumlah provinsi yang mengalami kenaikan jumlahnya lebih sedikit namun jumlah kenaikan tertinggi masih dua kali lipat dibandingkan jumlah penurunan tertingginya,” jelas Wiku.

Selain Riau, provinsi lainnya yang memiliki kenaikan tertinggi kasus positif adalah Jawa Timur (44,4 persen) dan DKI Jakarta (23,9 persen).

Kerumunan Terbukti Meningkatkan Kasus Positif Corona

Wiku kembali mengingatkan kepada masyarakat untuk sebisa mungkin menghindari kegiatan yang melibatkan banyak orang. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, kerumunan sudah terbukti meningkatkan laju perebakan virus corona.

Ia mencontohkan klaster sidang GPIB Sinode telah menghasilkan 24 kasus yang tersebar di Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Nusa Tenggara Barat. Kegiatan ini mengikutsertakan 685 peserta.

Lalu klaster ijtima ulama di Gowa, Sulawesi Selatan dengan total peserta sekitar 8.761 orang telah menghasilkan 1.248 kasus di 20 provinsi.

“Jadi tidak heran bahwa klaster tersebut terjadi karena adanya kerumunan di masyarakat, dan masyarakat akan sulit untuk menjaga jarak. Fenomena ini juga terjadi saat kapal pesiar besar Diamond Princess yang mengangkut 2.000-4.000 penumpang harus dikarantina di Jepang pada Februari 2020. Dengan kondisi yang penuh sesak dan sulit untuk menjaga jarak maka 17 persen 3.700 penumpang dan kru nya terinfeksi corona,” katanya.

Kapan Waktu Pasti Vaksinasi Massal Akan Dilakukan?

Satgas Penanganan COVID-19 masih belum bisa kapan program vaksinasi massal COVID-19 akan dilakukan. Begitu pula dengan merk atau vaksin dari negara mana yang akan digunakan dalam program tersebut.

“Jadi program vaksinasi nasional pada prinsipnya sangat bergantung pada hasil uji klinis tahap III yang sedang dilakukan yang nantinya akan dikaji oleh BPOM sebelum dikeluarkannya emergency use of authorization. Kami berharap tahap ini dapat berjalan sesuai rencana, sehingga vaksinasi dapat dilakukan sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan. Sekarang pemerintah sedang fokus mempersiapkan bahwa vaksin yang digunakan itu aman, berkhasiat dan minim efek samping,” jelas Wiku.

Pemerintah saat ini, ujar Wiku, telah mempersiapkan berbagai infrastruktur dalam program vaksinasi tersebut seperti sumber daya manusia dan logistik, seperti cold chain yang diklaimnya sudah hampir siap.

“Secara logistik, kesiapan prosedur untuk menjaga suhu vaksin atau cold chain dengan tujuan menjaga kualitas atau efektivitasnya sudah berjalan dengan baik. Saat ini rata-rata kesiapan cold chain yang berfungsi di Indonesia, mencapai 97 persen,” tuturnya.

Pihaknya saat ini juga sedang memfinalisasi rencana distribusi vaksin dengan mempertimbangkan berbagai aspek seperti jumlah kasus positif, jumlah penduduk, luas wilayah dan sebagainya. [gi/ab]

XS
SM
MD
LG