Tautan-tautan Akses

Sangat Sulit Temukan Pesawat Jet yang Hilang di Lautan


Sellofan paketlardan ishlangan san'at asari... Gollandiya
Sellofan paketlardan ishlangan san'at asari... Gollandiya

Perlu waktu dua tahun untuk menemukan bangkai utama jet Air France yang jatuh ke Samudera Atlantik pada 2009.

Hilangnya sebuah jet di atas lautan selama lebih dari dua hari kedengarannya mengejutkan. Namun pesawat Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH370 bukanlah yang pertama yang menunjukkan betapa luasnya lautan dan sulit sekali mencari sesuatu yang hilang di dalamnya.

Perlu waktu dua tahun untuk menemukan bangkai utama jet Air France yang jatuh ke Samudera Atlantik pada 2009. Sebelumnya, perlu seminggu sampai kepingan pesawat Indonesia ditemukan pada 2007. Saat ini, badan pesawat tersebut masih ada di dasar lautan.

"Dunia ini tempat yang besar," ujar Michael Smart, profesor teknik penerbangan antariksa di University of Queensland, Australia. "

"Jika ada yang jatuh di tengah lautan pada jarak yang jauh dari jalur perkapalan atau semacamnya, siapa yang tahu berapa lama benda itu dapat ditemukan?"

Di tengah kebingungan, pihak berwenang dalam pencarian mengatakan jet Malaysia mungkin berbalik arah, menimbulkan ketidakpastian baru dalam upaya mencarinya. Mereka bahkan mengatakan pesawat itu mungkin ada pada jarak ratusan kilometer dari lokasi terakhir yang terdeteksi.

Para ahli penerbangan mengatakan pesawat itu pada akhirnya akan ditemukan. Sejak awal periode jet pada 1958, hanya sedikit sekali jet yang hilang dan tidak ditemukan.

"Saya sangat yakin kita akan menemukan pesawat ini. Ini bukan pertama kalinya kita harus menunggu beberapa hari untuk menemukan puing-puing pesawat," ujar Kapten John M. Cox, yang berpengalaman 25 tahun menerbangkan pesawat US Airways dan sekarang menjadi CEO Safety Operating Systems, pada Senin (12/3).

Berdasarkan yang ia dengar, Cox yakin semakin jelas bahwa pesawat keluar dari jalur penerbangan normal. Ia mengatakan setelah pesawat menghilang dari radar, pesawat itu "masih ada dan terbang untuk beberapa waktu. Di luar itu adalah spekulasi." Jika pesawat meledak di jalur penerbangan normal, "kita sudah akan menemukannya saat ini."

Mayjen Datuk Affendi Buang dari Malaysia, yang membantu mengawasi pencarian yang masih berjalan, mengatakan prosesnya perlu waktu.

"Satu-satunya yang bisa saya katakan adalah ini sulit. Ada banyak contoh pesawat yang hilang di laut, dan perlu waktu berhari-hari, terkadang berbulan-bulan dan bertahun-tahun (untuk menemukannya", ujarnya.

Beberapa ahli penerbangan mendesak para maskapai penerbangan untuk memperbarui teknologi kokpit untuk memberikan aliran data yang konstan via satelit ke darat. Informasi mengenai operasi-operasi sistem kunci telah merekam data penerbangan dan rekaman suara -- yang disebut kotak hitam -- namun seperti yang diperlihatkan insiden ini, hal itu tidak serta merta tersedia. Sistem satelit tersebut bisa memakan biaya banyak dan manfaatnya masih diperdebatkan.

Setiap pesawat jet besar yang menghilang pada jaman modern ini pada akhirnya ditemukan. Pengecualian ada namun langka dan tidak melibatkan penumpang.

Pada September 1990, sebuah Boeing 727 yang dimiliki Faucett Airlines dari Peru jatuh ke Atlantik Utara setelah kehabisan bahan bakar saat menuju Miami. Kecelakaan itu disebabkan oleh perencanaan buruk dari pilot dan bangkainya tidak pernah ditemukan.

Yang lebih misterius adalah hilangnya pesawat 727 lainnya di Afrika, yang dipakai untuk mengangkut bahan bakar solar ke tambang-tambang berlian. Para pemiliknya memiliki masalah keuangan dan satu hari, sebelum matahari terbenam, pesawat tinggal landas tanpa izin dan alat transpondernya mati. Pesawat itu diyakini jatuh di Samudera Atlantik. Satu teori, yang tak pernah terbukti, adalah bahwa pesawat itu dicuri agar pemilik mendapat klaim asuransi.

"Saya tidak ingat ada pesawat jet yang jatuh dan tidak terselesaikan kasusnya," ujar Scott Hamilton, direktur pengelola konsultansi penerbangan Leeham Co.

Untuk pesawat Malaysia Airlines yang mengangkut 239 orang tersebut, jika pesawat hancur di udara atau jatuh ke air, akan ada puing-puingnya, tidak berubah menjadi abu, ujar profesor Smart.

Ia menambahkan bahwa sebagian besar dari bangkai pesawat mungkin ada di dasar lautan, yang memiliki kedalaman 50-60 meter di wilayah tempat pesawat terakhir kali dideteksi.

Ukuran daerah menyebarnya puing-puing dapat menjadi indikator-indikator pertama apa yang terjadi, menurut para ahli. Wilayah penyebaran yang besar berarti pesawat itu pecah di ketinggian tinggi, mungkin karena bom atau kegagalan badan pesawat yang masif. Wilayah yang kecil mengindikasikan bahwa pesawat mungkin jatuh dan hancur saat bertabrakan dengan air.

Penemuan puing-puing dapat berlangsung berhari-hari.

Seminggu setelah penerbangan Adam Air yang membawa 102 orang hilang di atas perairan Indonesia pada 1 Januari 2007, sebuah kapal angkatan laut Indonesia mendeteksi kepingan logam di dasar samudera. Namun perlu dua minggu lagi sampai Angkatan Laut AS mendapat sinyal-sinyal dari data penerbangan dan rekaman kokpit, dan baru tujuh bulan kemudian kotak-kotak dapat ditemukan. Bangkai pesawat tetap ada di dasar laut dan Adam Air sekarang tak lagi beroperasi. (AP)
XS
SM
MD
LG