Tautan-tautan Akses

Rusia Pandang Pragmatis pada Afghanistan di Bawah Kuasa Taliban


Duta Besar Rusia untuk PBB Vasily Nebenzya berbicara di Sidang Dewan Keamanan PBB di New York, 10 April 2019. (Foto: AFP)
Duta Besar Rusia untuk PBB Vasily Nebenzya berbicara di Sidang Dewan Keamanan PBB di New York, 10 April 2019. (Foto: AFP)

Setelah Taliban mengambil alih kekuasaan di Afghanistan, Rusia memandang dengan waspada, untuk melihat bagaimana negara itu bisa mengambil keuntungan dari situasi di sana yang penuh dengan peluang dan risiko.

Meski secara resmi menyebut Taliban sebagai organisasi teroris, Rusia telah terlibat selama bertahun-tahun dengan para pemimpin Taliban, bahkan mengundang mereka ke Moskow.

Ketua perundingan Taliban Afghanistan Mullah Abdul Ghani Baradar (depan) usai pembicaraan damai dengan para politisi senior Afghanistan di Moskow, Rusia, 30 Mei 2019. (Foto: Reuters)
Ketua perundingan Taliban Afghanistan Mullah Abdul Ghani Baradar (depan) usai pembicaraan damai dengan para politisi senior Afghanistan di Moskow, Rusia, 30 Mei 2019. (Foto: Reuters)

Sementara negara-negara Barat memandang prihatin atas keluarnya Amerika Serikat dan NATO dari Afghanistan, dankhawatir bahwa perempuan dan khususnya anak-anak perempuan akan mengalami penindasan di bawah kelompok Islamis itu, Moskow telah memberikan isyarat yang lebih lunak.

"Tidak ada gunanya panik,” kata Duta Besar Rusia untuk PBB Vasily Nebenzya pada pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB pada 16 Agustus, sehari setelah Taliban merebut Kabul. Dia mengatakan Kedutaan Besar Rusia akan terus beroperasi seperti biasa.

“Kami tetap tertarik pada penyelesaian yang cepat, damai dan upaya stabilisasi berikutnya di Afghanistan serta pemulihan pasca-konflik,” tambahnya.

Moskow punya kenangan buruk tersendiri terkait intervensi mereka yang gagal di Afghanistan.

Pada tahun 1979, pasukan Uni Soviet menyerbu negara itu untuk membantu pemerintah komunis dalam memerangi kelompok pemberontak Islamis, yang dikenal sebagai Mujahidin. Operasi militer yang seharusnya cepat itu akhirnya berlarut-larut selama hampir satu dekade, merenggut banyak nyawa dan menguras biaya di pihak Uni Soviet. Segera setelah pasukan mereka mundur, rezim komunis runtuh.

Salah satu perhatian utama Rusia saat ini adalah untuk mencegah "ekspor" paham ekstremis dan pejuang Islamis ke negara-negara sekutunya di Asia Tengah.

“Kami ingin menggarisbawahi bahwa Federasi Rusia hanya akan berinteraksi dengan kekuatan politik di Afghanistan yang tidak berhubungan dengan teroris, terutama ISIS dan al-Qaida dan kelompok-kelompok afiliasi mereka,” kata Nebenzya.

Kremlin ingin melindungi keamanan dan kepentingan ekonominya di Afghanistan dan cukup pragmatis untuk terlibat dengan Taliban dalam mencapai tujuan itu. [lt/em/er]

Recommended

XS
SM
MD
LG