Tautan-tautan Akses

Ribuan Protes di Lebanon, Politisi Saling Caci


Para demonstran yang memprotes korupsi dan kurangnya lapangan pekerjaan di Beirut, Lebanon, 16 November 2019. (H. Murdock/VOA)
Para demonstran yang memprotes korupsi dan kurangnya lapangan pekerjaan di Beirut, Lebanon, 16 November 2019. (H. Murdock/VOA)

Lebanon semakin terjebak krisis politik pada Minggu (17/11) sementara politisi kesulitan membentuk pemerintahan.

Puluhan ribu warga Lebanon turun ke jalan-jalan di kota-kota besar di seluruh negara itu, menuntut perombakan total kelas politik. Para pendemo menuduh pimpinan politik melakukan korupsi dan menuntut reformasi sosial dan ekonomi dan layanan dasar yang memadai.

Krisis politik semakin memburuk setelah mantan menteri keuangan Mohammad Safadi menarik diri sebagai orang yang dipertimbangkan menjadi perdana menteri. Dalam pernyataan yang dirilis kantornya, Safadi mengatakan Perdana Menteri Sa'ad al-Hariri yang mengundurkan diri seharusnya diangkat lagi untuk menduduki jabatan itu.

Hariri berhenti pada 29 Oktober setelah berpekan-pekan protes.

Pada Minggu (17/11), Hariri menyalahkan protes dan ketidakbecusan pemerintahan pada partai Presiden Michel Aoun, menyebut kebijakannya "tidak bertanggungjawab terkait krisis nasional yang sedang melanda negara itu." Partai Aoun menanggapi dengan mengatakan bahwa Hariri ingin mendominasi Kabinet baru.

Puluhan ribu orang terus melancarkan protes sementara politisi papan atas saling tuding. Massa di luar kantor perdana menteri meneriakkan, "Orang-orang itu ingin menjatuhkan rezim.''

Protes di Lebanon bebas dari kekerasan dibandingkan dengan protes di bagian lain dunia. Pejabat-pejabat militer berpatroli di jalan-jalan tetapi menyatakan tidak akan menghentikan protes.

Panglima militer Jenderal Joseph Aoun berkata, "Kami tidak menghentikan siapa pun yang memrotes di alun-alun, tetapi kalau mereka ingin menutup jalan dan melecehkan orang, kami akan turun tangan." [ka/ft]

XS
SM
MD
LG