Tautan-tautan Akses

Resesi Landa 2 Ekonomi Terbesar Afrika


Kilang minyak milik perusahaan Engen di pinggiran kota Durban, Afrika Selatan.
Kilang minyak milik perusahaan Engen di pinggiran kota Durban, Afrika Selatan.

Ekonomi Nigeria mendapat pukulan berat oleh turunnya harga minyak dan makin diperparah oleh serangan-serangan militan terhadap pipa saluran di kawasan penghasil minyak.

Politik dan minyak telah menjatuhkan dua ekonomi terbesar Afrika, Afrika Selatan dan Nigeria, dan kedua negara sekarang terpuruk dalam resesi.

Raksasa minyak Afrika, Nigeria akan merilis angka pertumbuhan kuartal hari Rabu (31/8), yang tampaknya akan mengukuhkan negara itu dalam resesi.

Afrika Selatan, dengan perekonomian yang paling stabil dan kuat di benua itu, juga mengalami pertumbuhan yang melamban berkisar 1,2 persen dalam kuartal pertama sementara pertumbuhan populasi lebih cepat dibandingkan ekonominya. Pemerintah Afrika Selatan diperkirakan akan merilis angka pertumbuhan kuartal keduanya minggu depan.

Kedua negara sering dianggap bersaing, dan dalam beberapa tahun terakhir keduanya menikmati posisi ekonomi teratas di Afrika dengan Nigeria baru-baru ini kehilangan posisi itu dari Afrika Selatan. Tapi banyak investor global mengangap kedua negara sebagai bagian dari paket Afrika yang sama, kata Martyn Davies, kepala divisi pasar yang baru berkembang dan Afrika pada perusahaan audit dan konsultasi Deloitte.

“Afrika Selatan dan Nigeria saling menopang dalam perekonomian sub-Sahara. Salah satu salah bertindak maka yang lainnya akan mengalami dampaknya," kata Davies.

Meskipun perekonomian Afrika Selatan lebih canggih dan maju, “tidak diragukan Nigeria menjadi favorit dekade ini sekurangnya lima, enam tahun terakhir. Untuk modal Afrika selatan, arus modal global ke Afrika harus ada pemain Nigeria, Nigeria terlalu besar untuk diabaikan," ujarnya.

Ekonomi Nigeria mendapat pukulan berat oleh turunnya harga minyak dan makin diperparah oleh serangan-serangan militan terhadap pipa saluran di kawasan penghasil minyak Niger Delta yang menurunkan produksi menjadi sekitar 1,5 juta barel per hari dari sekitar 2,2 juta per barel.

Masalah lainnya bagi Nigeria adalah langkanya valuta asing, yang artinya kelangkaan bahan-bahan mentah impor untuk pabrik dan barang-barang konsumen untuk toko-toko. Ini memicu inflasi. [my/al]

XS
SM
MD
LG