Tautan-tautan Akses

Qatar Manfaatkan Sepak Bola, Piala Dunia, untuk Atasi Masalah Obesitas


Anak-anak berlatih di lapangan sepak bola di Akademi Olahraga Cedars di ibu kota Qatar, Doha, 8 November 2022. (KARIM JAAFAR/AFP)
Anak-anak berlatih di lapangan sepak bola di Akademi Olahraga Cedars di ibu kota Qatar, Doha, 8 November 2022. (KARIM JAAFAR/AFP)

Anak-anak di Qatar didorong untuk berolahraga guna mengatasi obesitas. Sepak bola merupakan olahraga yang dipromosikan untuk itu sementara negara tersebut menjadi tuan rumah putaran final Piala Dunia. 

Alain, bocah lelaki berusia tujuh tahun, berlatih bersama 20-an anak-anak lainnya di Doha, kota penyelenggara Piala Dunia. Ia berjuang mengurangi berat badan untuk mewujudkan mimpinya: menjadi pemain sepak bola profesional.

Sambil menggiring bola mengitari kerucut-kerucut pada malam hari yang panas, ia ambil bagian dalam kampanye untuk mendorong kesehatan dan kebugaran di kawasan Teluk Persia, di mana tingkat obesitas warganya mulai mengkhawatirkan.

Temannya, Mohammed Karnib yang berusia sembilan tahun mengatakan,"Kami berada di sini untuk menurunkan berat badan, meningkatkan keterampilan sepak bola kami, dan menjadi pemain bola yang profesional dan maju.”

Qatar Manfaatkan Sepak Bola untuk Atasi Masalah Obesitas
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:04:09 0:00

Bukan cuma Karnib yang ingin meningkatkan kebugaran di negara yang kaya sumber daya alam itu. Kombinasi kemakmuran dan panas yang menghalangi keinginan berolahraga telah memunculkan sebagian dari populasi yang paling banyak mengalami kelebihan berat badan di dunia.

Ratusan pemain bola internasional yang superfit kini berada di Qatar untuk mengikuti Piala Dunia. Ini merupakan anomali bagi negara di kawasan gurun, di mana 70 persen warga dewasanya kelebihan berat badan.

Hal serupa juga ditemukan di kawasan itu. Menurut data resmi, sekitar 66 persen warga Oman kelebihan berat badan atau mengalami obesitas, dan hasil kajian tahun 2020 menunjukkan obesitas di kalangan anak-anak Kuwait berkisar 35-40 persen.

Anak-anak berlatih di lapangan sepak bola di Akademi Olahraga Cedars di ibu kota Qatar, Doha, 8 November 2022. ( KARIM JAAFAR/AFP)
Anak-anak berlatih di lapangan sepak bola di Akademi Olahraga Cedars di ibu kota Qatar, Doha, 8 November 2022. ( KARIM JAAFAR/AFP)

Di Uni Emirat Arab, obesitas anak-anak meningkat dari 12 persen menjadi 17,4 persen dalam dua tahun pada tahun 2020, kata kementerian kesehatan.

Diet tidak sehat dan gaya hidup pasif dituding sebagai penyebabnya. Kawasan ini dikenal mengimpor sebagian besar bahan pangannya dan di beberapa daerah tercatat memiliki musim panas dengan suhu paling panas di dunia, membuat berolahraga di luar ruang sangat berbahaya.

Ali Koteich, direktur Cedars Sport Academy di mana Alain berlatih, mengatakan, aktivitas fisik sangat penting bagi anak-anak di Doha, di mana opsinya sebagian besar terbatas pada “pergi ke pusat-pusat perbelanjaan atau taman-taman.”

Pelatih berusia 39 tahun itu mengatakan,"Bagi masyarakat Qatar, olah raga sangat penting bagi anak-anak, karena inilah satu-satunya pelarian mereka di Doha.”

Dua puluh empat persen kematian di kalangan orang dewasa di emirat itu diakibatkan oleh gangguan jantung, dan tujuh persen karena diabetes, kata kementerian kesehatan Qatar.

Ali Koteich, direktur Akademi Olahraga Cedars, mengawasi pelatihan anak-anak di lapangan sepak bola di fasilitas di ibu kota Qatar, Doha, 8 November 2022. (KARIM JAAFAR/AFP)
Ali Koteich, direktur Akademi Olahraga Cedars, mengawasi pelatihan anak-anak di lapangan sepak bola di fasilitas di ibu kota Qatar, Doha, 8 November 2022. (KARIM JAAFAR/AFP)

Dalam laporan mengenai inaktifitas fisik yang dilansir bulan lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan hampir setengah miliar orang akan mengalami kondisi medis terkait pada tahun 2030 dan meminta pemerintah agar “mengambil tindakan segera.”

Youssef al-Maslamani, dokter dan juru bicara kesehatan bagi Piala Dunia 2022 mengatakan obesitas terkait dengan banyak penyakit kronis, termasuk diabetes dan stress. Karena itu ia menegaskan pentingnya memperlihatkan bagaimana olahraga dan kesehatan saling terkait.

Negara-negara di kawasan Teluk Persia telah mulai mempromosikan gaya hidup sehat, termasuk lari gembira yang diselenggarakan WHO di Doha baru-baru ini.

Dubai, ibu kota perdagangan Uni Emirat Arab, sedang menggencarkan kampanye 30X30 yang mendorong warga untuk berolahraga 30 menit setiap hari selama satu bulan.

Dan pada ajang Piala Dunia, anak-anak didorong untuk mengirimkan video berisikan gerak tarian yang dapat digunakan para pemain saat menyambut gol, dalam upaya yang didukung badan sepak bola dunia FIFA untuk membuat mereka lebih aktif. “Kami tahu dampak negatif terhadap kesehatan anak-anak yang kurang berolahraga,” kata presiden FIFA Gianni Infantino.

Anak-anak berlatih di lapangan sepak bola di Akademi Olahraga Cedars di ibu kota Qatar, Doha, pada 8 November 2022. (KARIM JAAFAR/AFP)
Anak-anak berlatih di lapangan sepak bola di Akademi Olahraga Cedars di ibu kota Qatar, Doha, pada 8 November 2022. (KARIM JAAFAR/AFP)

Masih menjadi perdebatan, apakah menjadi tuan rumah acara olahraga besar dapat meningkatkan kesehatan suatu negara.

Pada tahun 2019, National Institute for Health and Care Research Inggris mengatakan Olimpiade 2012 London hanya berdampak “kecil dan singkat” terhadap aktivitas fisik warga di sekitarnya.

Tetapi pesan untuk sehat itu setidaknya disimak. Kembali ke Akademi Sepak bola, Oubay el-Sayyed yang berusia sembilan tahun menyemangati teman-teman satu timnya. Ibunya, Nada, tampak mengiyakan kata-kata Oubay.

“Kamu tak boleh bermain dengan ponselmu sepanjang waktu, karena kamu harus berolah raga,” kata Oubay. “Sepak bola akan membuat hidupmu mudah dan bakal membantumu.” [uh/ab]

Forum

XS
SM
MD
LG