Tautan-tautan Akses

Pusat Penahanan Libya Penuh Sesak, Berisiko Tinggi Wabah Corona


Para tahanan di balik jeruji penjara Benghazi, Libya, 22 Februari 2012. (Foto: dok).
Para tahanan di balik jeruji penjara Benghazi, Libya, 22 Februari 2012. (Foto: dok).

Sementara sebagian besar wilayah dunia berada di bawah perintah untuk mempraktikkan pembatasan jarak sosial (social distancing), ada beberapa tempat di mana menjaga jarak seperti itu mustahil dilakukan.

Pusat-pusatan penahanan migran yang penuh sesak, khususnya di Libya, termasuk di antara tempat-tempat yang paling berisiko dilanda wabah. Dengan puluhan orang bersama-sama di dalam satu ruangan dan sedikit akses ke air yang mengalir, pusat-pusat penahanan sementara ini dapat menjadi tempat berkembangnya penyakit pada masa-masa normal. Virus yang ditularkan melalui udara seperti corona dapat menyebar secepat kilat, kata para pakar.

“Begitu virus corona menyebar di pusat-pusat penahanan ini, kita akan menyaksikan pembantaian,” kata Giulia Tranchina, pengacara HAM berbasis di London yang mewakili para pencari suaka kepada VOA.

Tranchina mengatakan sebagian besar kamp di Libya adalah bekas kandang hewan atau hanggar di mana para migran harus tidur di lantai atau berdesakan di Kasur. Ia menyebut contoh kamp penahanan Dhar El-Jebel di kawasan pegunungan sebelah selatan Tripoli, di mana 22 migran meninggal dalam satu tahun.

“Karena kekurangan makanan, sanitasi air dan kurangnya layanan kesehatan, maka mereka semua meninggal karena tuberculosis dan kelaparan,” ujar Tranchina, yang berhubungan langsung dengan sejumlah pengungsi di Libya. “Jadi dapat kita bayangkan apa yang terjadi begitu virus corona menyebar di pusat-pusat penahanan itu,” lanjutnya. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG